Selasa 07 Aug 2018 23:03 WIB

INDOHUN Gelar Pelatihan Diplomat Kesehatan

Pelatihan diplomasi kesehatan ini terdiri dari 40 persen teori dan 60 persen praktik

Indonesia One Health University Network (INDOHUN) menggandeng USAID dan One Health Workforce (OHW) akan menggelar program pelatihan diplomasi kesehatan. Pelatihan ini secara intensif digelar di Hotel Grand Bidakara Savoy Homann, Bandung, Jawa Barat, 25-29 Agustus mendatang.
Foto: Istimewa
Indonesia One Health University Network (INDOHUN) menggandeng USAID dan One Health Workforce (OHW) akan menggelar program pelatihan diplomasi kesehatan. Pelatihan ini secara intensif digelar di Hotel Grand Bidakara Savoy Homann, Bandung, Jawa Barat, 25-29 Agustus mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Dengan tekad mencetak diplomat kesehatan yang berani, cerdas, dan tegas di kancah internasional, Indonesia One Health University Network (INDOHUN) menggandeng USAID dan One Health Workforce (OHW) akan menggelar program pelatihan diplomasi kesehatan. Pelatihan ini secara intensif digelar di Hotel Grand Bidakara Savoy Homann, Bandung, Jawa Barat, 25-29 Agustus mendatang.

Pelatihan diplomasi kesehatan ini mempunyai misi mencetak generasi Indonesia yang unggul serta mampu tampil dalam ruang-ruang diplomasi kesehatan global. Pelatihan diplomasi kesehatan ini terdiri dari 40 persen teori dan 60 persen praktik yang seluruh materi pelatihannya disiapkan sedemikian rupa dengan para trainers level nasional dan internasional dari Inggris, Belanda, Amerika, serta dari Afrika.

Pelaksanaan Pelatihan Diplomasi Kesehatan atau Global Health Diplomacy kali ini juga memberikan pendidikan praktis untuk mengasah keterampilan para peserta. Setiap peserta dituntut untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang diantaranya praktik diplomasi dan negosiasi, komunikasi dan lobi politik, serta simulasi sidang resmi internasional atau multi-stage negotiation simulation (MSNS).

Dalam MSNS ini para peserta melakukan simulasi sidang diplomatik dan berlakon sebagai diplomat yang harus bersikap kritis terhadap kebijakan politik luar negeri, keamanan nasional dan regional, respon taktis terhadap perkembangan permasalahan kesehatan global, serta sikap yang cepat dan tepat dalam membuat keputusan strategis.

Profesor Wiku Adisasmito selaku pakar kesehatan global yang juga merupakan koordinator INDOHUN menekankan bahwa pengaplikasian MSNS dalam pelatihan GHD ini bertujuan untuk memberi gambaran simulasi diplomatik yang realistis dan nyata kepada para peserta. Mereka dituntut untuk mampu menjadi Diplomat Kesehatan Indonesia masa depan yang berintegritas tinggi bagi bangsa dan negara.

"Tak hanya melalui MSNS, para peserta juga dibekali dengan pelatihan mengenai strategi berdiplomasi dan juga pelatihan table manner yang sangat penting bagi para calon diplomat kesehatan global" jelas Wiku yang juga Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, dalam rilisnya, Selasa (7/8).

Digelarnya Pelatihan Diplomasi Kesehatan ini juga sekaligus menjawab instruksi dari Presiden Joko Widodo saat pembukaan Konferensi Internasional dan Table Top Exercise untuk Global Health Security di Istana Negara tahun lalu. Saat itu Presiden Jokowi menegaskan bahwa untuk mencegah ancaman kesehatan global diperlukan kerjasama lintas praktisi kesehatan, lintas sektor, dan lintas negara.

Bukan hanya itu, Presiden Jokowi pun menegaskan betapa pentingnya melakukan investasi Sumber Daya Manusia di berbagai bidang, salah satunya adalah investasi SDM Kesehatan. Seperti gayung bersambut, instruksi langsung dari Presiden Jokowi tersebut kemudian direspon oleh Kementerian Luar Negeri (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Kementerian Luar Negeri) melalui kegiatan focus group discussion (FGD) “Strategi Diplomasi Kesehatan Indonesia Dalam Konteks Global" yang diadakan di Depok, Maret 2018 lalu.

Dalam FGD tersebut ditegaskan kembali beberapa pencapaian Indonesia di sektor kesehatan, di antaranya keberhasilan Indonesia dalam memperoleh akses vaksin H5N1 di tahun 2008 serta peranan industri Bio Farma Indonesia yang saat ini menjadi penyuplai 60 persen vaksin polio secara global. Dalam FGD ini tercatat pula pentingnya kerjasama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah (NGO) dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik dalam lingkup nasional, regional maupun global.

Pelatihan GHD ini pun bukan yang pertama kali diadakan INDOHUN. Sebelumnya juga pernah digelar di Jakarta pada 2017 lalu yang diikuti 30 orang profesional kesehatan muda yang dipilih melalui seleksi yang sangat ketat.

Setidaknya ada ratusan orang yang mendaftar di tahun 2017, dan angka tersebut terus bertambah dua kali lipat di tahun ini. Animo yang tinggi dari para pendaftar menunjukkan betapa pentingnya kegiatan GHD bagi para profesional kesehatan yang ingin mendapatkan pendidikan menjadi Diplomat Kesehatan yang handal.

Kegiatan GHD tahun ini akan menjadi sangat berbeda dengan kualitas acara yang terus ditingkatkan dari tahun sebelumnya. Pendaftaran peserta GHD ini masih dibuka untuk program non-beasiswa. Formulir pendaftaran pelatihan ini dapat diakses melalui tautan http://globalhealthdiplomacy.id/index.php#contentExecutive.

"Fokus kami tahun ini adalah sistem kesehatan di era sekarang, tentunya tema ini akan dibedah oleh para trainers nasional dan internasional melalui berbagai materi dan praktek diplomasi yang telah kami susun secara khusu," jelas Fiqhi Rizky selaku Program Officer GHD tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement