Selasa 07 Aug 2018 20:03 WIB

Koalisi Jokowi Masih Terbuka untuk Parpol Lain

Sekjen PDIP mengatakan koalisi pendukung Jokowi masih membuka pintu bagi parpol lain.

Rep: Ali Mansur/ Red: Bayu Hermawan
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan, koalisi pendukung Joko Widodo sebagai calon presiden (capres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019 masih terbuka untuk partai politik lain, termasuk Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saat ini partai koalisi pengusung Joko Widodo itu sudah ada sembilan partai yang sudah tergabung ke dalam koalisi.

Hasto juga menegaskan kesembilan partai tersebut sangat solid, bahkan pihaknya tengah menggodok tim kampanye nasional untuk memenangkan Joko Widodo. "Kami masih terbuka kalau ada parpol lain yang ingin bergabung dalam koalisi Jokowi," ujarnya ditemui di Kantor Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Selasa (7/8).

Hal senada juga disampaikan oleh Sekjen Partai Nasdem, Johnny G. Plate. Menurutnya partai koalisi pengusung Joko Widodo masih membuka peluang kerjasama untuk partai lain yang hendak bergabung. Namun dengan catatan tidak bisa mengubah kesepakatan yang ada. Diantaranya adalah susunan tim kampanye, visi misi dan program calon yang ditampilkan dalam nawacita 2.

"Tapi yang jelas politik cair, kami membuka peluang kerjsama dengan yang lain, tapi tentu tidak bisa merombak seluruhnya. Silahkan bergabung tapi menyesuaikan situasi yang terakhir dari posisi koalisi," tegas Johnny.

Selain itu, Johnny juga meminta agar partai lain yang hendak bergabung harus serius dan menghilang begitu saja jika tidak ada kesepkatan. Apalagi Joko Widodo sendiri sangat ramah dan terbuka. Hal ini, kata Johnny dapat dirasakan oleh sembilan partai pendukungnya saat ini. "Jangan sampai terjadi sudah konsesi, pegang tangan tiba-tiba hilang dan statementnya aneh-aneh. Sebelumnya kamu tahu ada statmentnya. Kita ingin keramah tamahan politik," harap Johnny.

Seperti diketahui, saat ini Partai Amanat Nasional (PAN) masih belum memutuskan akan bergabung ke kubu mana di pilpres. PAN baru akan memutuskan sikap setelah Rakernas yang akan digelar pada 9 Agustus mendatang.

Sementara Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto menegaskan peta politik PAN  di Pilpres sudah condong ke Poros Prabowo ketimbang Jokowi. Karenanya, ia juga membantah jika pertemuan Zulkifli dengan Jokowi untuk tawar menawar dukungan di Pilpres. Meskipun hingga kini, koalisi Prabowo masih belum terbentuk sempurna karena persoalan cawapres.

"Enggak ada, peta sudah jelas ya, kita Insya Allah ke Prabowo kalau dari peta yang ada. Tapi sekali lagi ada syaratnya, yaitu kita tetap mendorong Bang zul, kalau tidak itu, kita tetap minta tetap ke Pak Prabowo tidak ngambil partai lain," kata Yandri.

Baca juga: Jokowi Gelar Pertemuan Tertutup dengan Ketum PAN di Istana

Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (7/8). Pertemuan sekitar satu jam itu berlangsung tertutup dari pukul 15.40 hingga 16.30 WIB.

Seusai pertemuan Zulkifli Hasan juga tidak memberikan pernyataan kepada wartawan yang sudah menunggunya. Pertemuan tersebut memang tidak masuk dalam agenda resmi Presiden Jokowi hari ini. Namun mobil dinas Zulkifli Hasan yang menjabat sebagai Ketua MPR itu melintas di lapangan parkir Wisma Negara pada Selasa sore. Wisma Negara kerap menjadi pintu masuk sekaligus tempat parkir para tamu Presiden yang tidak sulit untuk diketahui wartawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement