Selasa 07 Aug 2018 15:29 WIB

Terbuka Peluang Pasangan Gatot dan Cak Imin

Partai yang tergabung dengan koalisi terancam bubar dan berantakan.

Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Keluarga Besar Perhimpunan Pelajar Indonesia (KB PII), Nasrullah Larada, pendaftaran capres-cawapres 2019 telah dibuka sejak tanggal 6/8 dan ditutup tanggal 10/8. Namun yang menarik, hingga saat belum ada satu partai pun yang mendeklarasikan capres dan cawapresnya.

Meski Jokowi sudah lama mendeklarasikan akan maju kembali menjadi capres 2019, tetapi hingga detik ini pun belum berani secara terbuka menyebut siapa cawapres yang bakal digandengnya. Demikian pula dengan Gerindra yang sejak awal mencalonkan Prabowo sebagi capres, namun hingga dibukanya pendaftaran capres-cawapres, belum berani menyatakan terbuka untuk maju sebagai capres,'' kata Nasrullah yang juga Bendahara Umun DPP PAN, di Jakarta, Selasa (7/8).

Melihat fakta tersebut, lanjut Nasrullah, baik Jokowi maupun Prabowo masih menimang dan berpikir serius mencari cawapres sebagai pendamping. Bahkan saking strategisnya posisi cawapres, partai-partai yang telah melakukan komunikasi politik untuk membentuk koalisi terancam bubar dan berantakan.

Dikatakannya, Gerindra-PAN-PKS yang sejak awal telah melakukan komunikasi politik untuk membentuk koalisi dengan mengusung Prabowo sebagai capres dan mengajukan beberapa nama untuk cawapres dari kader PAN dan PKS. Kesolidan koalisi mereka tampaknya terancam porak poranda dengan hadirnya Partai Demokrat yang menurut isunya mengajukan AHY sebagai cawapres.

"Demikian pula di kubu Jokowi, koalisi gemuk PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, Hanura juga mulai tergerus mengingat Golkar dan PKB mendesak menempatkan kadernya sebagai cawapres. Bahkan PKB sudah mulai 'ancang-ancang' jika Cak Imin tidak digandeng sebagai capres, mereka akan hengkang dari koalisi gemuk tersebut,'' ujarnya.

Alhasil, tegasnya, percaturan dan perebutan penentuan cawapres tampaknya berpotensi munculnya poros ketiga (non jokowi-non prabowo). Peluang Gatot hadir sebagai nahkoda poros ketiga dengan bentukan koalisi baru PAN, PKB dan PKS patut diperhitungkan. Bahkan bisa menjadi kuda hitam atas pengulangan capres 2014 Jokowi vs Prabowo.

"Gatot dengan bendera PAN, PKB, dan PKS berpeluang memenangkan pertarungan di pilpres 2019 karena didukung oleh partai berbasis Islam baik kalangan modernis, tradisional maupun kultural. Ini menjadi menarik mengingat Cak Imin (Muhaimin Iskandar) hadir dari kalangan Islam tradisional dan mengantongi suara signifikan di Jawa. Pada perspektif lain, Gatot memiliki peluang untuk memenangi pertarungan jika menggandeng ekonom/pelaku bisnis yang bisa diterima oleh kalangan Islam tradisional maupun Islam modernis,'' tegasnya.

Jadi nantinya, kata Nasrullah, pasangan capres dan Pilpres dalam 2019, adalah  Prabowo-AHY, Gatot-Cak Imin. "Jokowi- entah dengan siapa bisa dari calon PDIP, Golkar, PPP, Nasdem, Hanura. Semua masih serba terbuka,'' ucap dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement