Selasa 07 Aug 2018 03:52 WIB

Kapitra Ungkap Ciri-Ciri Pelempar Bom Molotov ke Rumahnya

Kapitra sebut eksekutor pakaian putih-putih, sementara pengawal memakai jeans.

Kapitra Ampera menegaskan statusnya sebagai caleg DPR dari PDIP dapil Riau 2, didampingi oleh Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Bidang Idelogi, Idham Samawi, Selasa (24/7),
Foto: Republika/Dian Erika Nugraheny
Kapitra Ampera menegaskan statusnya sebagai caleg DPR dari PDIP dapil Riau 2, didampingi oleh Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Bidang Idelogi, Idham Samawi, Selasa (24/7),

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pelempar bom molotov ke rumah mantan pengacara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, Kapitra Ampera, terekam oleh CCTV yang terpasang di halaman rumah. Pelaku diketahui menggunakan dua sepeda motor.

"Terlihat di CCTV, pelakunya menggunakan dua sepeda motor dan berjumlah empat orang dan ciri-cirinya terlihat jelas," kata Kapitra saat diwawancarai di depan rumahnya di Jalan Tebet Dalam VIII, Jakarta, Senin (6/8) malam.

Kapitra menjelaskan keempat pelaku seperti sudah terorganisir dengan masing-masing memiliki tugas yang diemban, yakni sebagi pengamat keadaan, penjaga aksi dan eksekutor.

"Ada satu orang menyisir jalan depan rumah mondar-mandir, satu orang berjaga dan dua orang eksekutor berdiri tepat di depan pagar rumah dan menunggu sekitar tujuh menit untuk melakukan serangan," kata Kapitra.

Baca juga, Kapolres: Rumah Kapitra Ampera Aman.

Akan tetapi, para pelaku sendiri tidak terlihat wajahnya karena memakai helm dan masker yang menutupi wajah mereka. Namun eksekutor memakai pakaian putih-putih, sementara pengawal dan pengiringnya memakai jeans. "Tapi ciri-cirinya jelas dari depan belakang semua terlihat," katanya.

Ketika ditanya tujuan dari teror ini, Kapitra mengatakan hal tersebut untuk menakut-nakuti dirinya yang belum lama bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bahkan menjadi calon legislatif dari partai tersebut untuk daerah Sumatera Barat.

"Saya pikir jika ini untuk menakut-nakuti saya, Wallahi saya mati di sini saya tak akan pernah mundur untuk menyampaikan kebenaran. Saya tidak berbuat apa-apa yang menjahati orang lain," ujarnya.

Kapitra menilai teror ini ada kaitannya dengan bergabungnya dia ke partai pemenang pemilu 2014 lalu tersebut. Ia menyebut tindakan itu sebagai pengecut.

"Jika ini terkait politik yang saya rasa kemungkinan benarnya besar, gini ya itu hak saya sebagai manusia kalau ada pilihan berbeda. Karena itu mereka marah lalu melakukan perbuatan yang sangat nista dan pengecut seperti ini. Ini artinya mereka bukan manusia," ujar Kapitra yang menambahkan teror tersebut juga dialami olehnya melalui aplikasi pesan singkat whatsapp sejak dirinya bergabung dengan PDIP.

Dengan teror ini, Kapitra mengaku dia dan keluarganya tetap akan kuat menghadapinya dan menganggap ini hanya sebagai dinamika kehidupan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement