REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Puluhan wisatawan asing yang sedang berwisata ramai-ramai meninggalkan kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat pada Senin (6/8) pascagempa 7,0 skala Richter yang terjadi pada Ahad malam. "Kami terpaksa harus pergi lebih awal karena khawatir terjadi gempa susulan," ujar wisatawan asal Belanda yang mengaku bernama Dave di Senggigi, Lombok Barat, Senin.
Ia mengatakan, pascagempa ia bersama rekannya ingin segera meninggalkan Lombok menuju Belanda melalui Bandara Internasional Lombok (BIL). Dari Lombok, wisatawan yang tidak menyebutkan nama lengkapnya itu akan meneruskan perjalanan ke Bali atau langsung ke Belanda melalui Jakarta.
Saat gempa terjadi, Dave mengaku panik, terlebih lagi muncul tanda peringatan tsunami. "Saat gempa, kami bersama wisatawan lainnya yang menginap di hotel diminta lari ke bukit karena ada informasi potensi tsunami," katanya.
Puluhan wisatawan dari luar negeri keluar meninggalkan kawasan wisata Senggigi diangkut menggunakan sejumlah kendaraan. Mereka langsung menuju bandara.
"Terpenting kita pulang dengan selamat," ucapnya.
Wisatawan asal Austria, Marion, juga meninggalkan Senggigi karena khawatir terjadi gempa susulan di daerah itu. "Kami masih takut karena khawatir terjadi gempa susulan," katanya.
Dari Lombok, dia akan menuju Bandara Ngurah Rai di Bali sebelum pulang ke negara asalnya, Austria. Para wisatawan lokal dan mancanegara yang sedang berlibur di kawasan wisata Gili Matra (Trawangan, Meno dan Air) memilih keluar meninggalkan pulau pascagempa bumi.
"Saya khawatir ada gempa susulan. Sekarang saya mau ke Pelabuhan Lembar saja," kata Jolan, WNA asal Inggris saat ditemui di Simpang Empat Bangsal, Kecamatan Pemenang.
Ia dan rekannya menikmati liburan di Gili Trawangan, dan memutuskan pindah ke Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, karena tidak ada kapal cepat yang beroperasi dari Gili Matra menuju pulau dewata Bali. "Tidak ada kapal cepat, makanya saya mau ke Pelabuhan Lembar saja. Katanya di sana ada kapal penyeberangan," ujarnya.