Senin 06 Aug 2018 21:49 WIB

Pemerhati Anak Prihatin Terjadinya Tawuran Anak SD di Depok

Pemerhati anak menyatakan Depok belum mampu menjadi kota yang nyaman bagi anak

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Police line
Foto: Wikipedia
Police line

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketua Lembaga Perlindungan Anak Generasi Ena Nurjanah sangat prihatin adanya kejadian tawuran antar anak sekolah dasar (SD) di Depok. Ena pun menyatakan pencanangan Depok sebagai Kota Layak Anak belum mampu menjadikan Depok sebagai kota yang aman dan nyaman bagi anak. 

"Miris sekali ya. Ini menujukkan Program Sekolah Ramah Anak (SRA) belum menyentuh secara substansi di lingkungan sekolah," kata dia, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/8).

Baca: Siswa SD di Depok Terlibat Perkelahian Pelajar

Ia menyatakan dalam setahun terakhir ini, sudah cukup banyak kasus kekerasan terhadap anak di Depok, baik sebagai korban kekerasan dan juga sebagai pelaku kekerasan. Jadi Pemerintah Kota (Pemkot) Depok jangan hanya berharap dan berambisi mendapatkan target Kota Layak Anak saja, tapi yang diperlukan hasil dari program tersebut.

Dihubungi terpisah, pemerhati Depok Kota Layak Anak, Jeanne Noveline Tedja juga turut prihatin dengan kejadian tawuran pelajar SD tersebut dan berharap seluruh komponen masyarakat, terutama para orang tua dan guru di sekolah untuk lebih gencar lagi memberikan pemahaman budi pekerti pada anak.

"Prihatin sekali, anak-anak tidak mendapatkan pelajaran budi pekerti baik di sekolah maupun di rumah, dan tidak punya role model yang bisa diteladani. Anak-anak jadi tumbuh dengan krisis moral. Anak-anak yang seperti ini mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif seperti tawuran, narkoba, dan pornografi," tuturnya.

Diutarakan Jeanne, sayangnya kurikulum pendidikan di sekolah hanya fokus pada pengetahuan akademik saja. Pelajaran budi pekerti tidak diberikan, padahal itu juga penting. Sebaiknya guru jangan hanya berfungsi sebagai tenaga pengajar saja tapi juga sebagai tenaga pendidik. Sedangkan orangtua jangan beranggapan bahwa dengan menyekolahkan anak, tidak perlu lagi mendidik anak dirumah. 

"Padahal menyekolahkan anak, walaupun di sekolah agama yang full day dengan biaya mahal sekalipun, tidak lantas menggugurkan kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan moral, ahlak, budi pekerti dan ilmu agama juga," jelas Jeanne.

Ketua Komisi D DPRD Depok, Pradana Mulyoyunanda mengatakan, banyaknya kasus kekerasan anak, seakan-akan membuat Kota Depok tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak. "Cukup prihatin terjadinya tawuran antar anak SD," tegasnya.

Pradana berharap, Pemkot Depok harus punya semacam badan yang bisa melakukan pembinaan terhadap anak-anak yang tawuran dari semua jenjang SD, SMP, SMA.."pelajar harus diajarkan disiplin dan pendidikan budi pekerti. Saya berharap tidak terulang kembali tawauran antar pelajar SD," harapnya.

Peristiwa tawuran melibatkan sejumlah pelajar SD dari dua sekolah berbeda yang letaknya berdekatan di Perumahan Pondok Sukmajaya Permai, Kota Depok, Sabtu (4/8) lalu. 

Para pelajar SDN saling lempar batu. Aksi tawuran tersebut cukup meresahkan warga yang akhirnya berhasil melerai aksi tawuran tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement