Ahad 18 May 2014 14:35 WIB

Masih Pantaskah Depok Sandang Kota Layak Anak?

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Logo Kota Depok
Logo Kota Depok

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail dinilai terlalu banyak 'bermimpi' dengan begitu gampang mencanangkan slogan.

Salah satu slogan Kota Depok yakni sebagai Kota Pendidikan tampaknya patut dipertanyakan. Pasalnya, ada ratusan SDN di seluruh Kota Depok yang sudah tak layak, salah satu contohnya adalah kondisi memprihatinkan di SDN Curug 01, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat (Jabar).

Slogan lainnya yang mendapat kritik cukup pedas dari sejumlah kalangan yakni slogan Depok Kota Layak Anak. Salah satu kritikan itu meluncur dari anggota DPRD Depok Yeti Wulandari saat berkunjung ke rumah korban dugaan pelecehan seksual bernama W di Kelurahan Harjamukti, Depok. W merupakan siswi kelas 3 SDN Pondok Rangon 06 Petang, Jakarta Timur.

''Ini salah satu akibat Depok mengklaim Kota Layak Anak. Anak-anak yang sekolah di perbatasan bukan hanya rawan, tetapi fasilitas sekolah kurang sekali, pergi ke Jakarta untuk sekolah. Salah satu daerah pinggiran, jangka waktu tak secepatnya harus berangkat pagi hari dan jauh dari kontrol orang tua,'' ujar Yeti kepada sejumlah wartawan di Depok, Ahad (18/5).

Yeti yang juga duduk sebagai anggota Komisi A Bidang Hukum DPRD Kota Depok ini meminta Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) serta Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok untuk terjun langsung menangani kasus W, terutama dalam hal pemindahan sekolah serta pembinaan psikologis terhadap W. 

''Komisi A DPRD Kota Depok juga akan berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Kami juga meminta agar aparat pemerintah di masyarakat agar sadar dan peka kasus kekerasan terhadap anak, salah satunya aparat RT, RW, hingga lurah,'' imbuh Yeti.

Berdasarkan data dari Mapolres Kota Depok, sepanjang 2011 hingga Maret 2014 tingkat kekerasan terhadap anak terus meningkat. Pada 2011 ada 17 kasus, pada 2012 ada 14 kasus, pada 2013 ada 21 kasus dan hingga Maret 2014 ada 10 kasus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement