REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menilai, yang tepat mendampingi Joko Widodo di bursa Pemilihan Presiden 2019 berasal dari figur berlatar belakang kepala daerah. Suko menyebut nama Ahmad Heryawan dan Soekarwo bisa menjadi pilihan cawapres Jokowi.
"Lebih pas lagi kepala daerah yang berpengalaman dua periode dan terbukti berhasil di daerah yang dipimpinnya," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Minggu.
Menurutnya, figur yang tepat untuk dipasangkan menjadi calon Wakil Presiden adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan atau Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Alasannya, kata dia, dua kepala daerah tersebut tidak hanya memiliki pengalaman luar biasa selama memimpin daerahnya, tapi juga memiliki bukti-bukti empiris pada urusan ekonomi kerakyatan dan basis massa yang jelas.
"Terlebih jumlah daftar pemilih di Pilkada 2018 Jawa barat sebanyak 31,5 juta dan Jawa Timur 30,5 juta jiwa, atau setara dengan 17 persen pemilih di Indonesia," ucap Sukowi, sapaan akrabnya.
Indikator lainnya, lanjut dia, kedua gubernur itu berhasil dalam memimpin provinsi dengan populasi jumlah penduduk yang sangat besar selama dua periode, mampu menjaga stabilitas provinsinya dan tidak menonjolkan platform partai politik tertentu selama bekerja. Sementara itu, untuk bisa meraih hasil positif di kontestasi Pemilihan Presiden tahun depan, Jokowi harus tepat memilih pasangan karena sebagai ajang penentuan meraih kepercayaan masyarakat Indonesia untuk kedua kalinya.
"Tantangan Pak Jokowi di Pilpres 2019 tidak sekadar menang, tapi juga harus bisa membuktikan bahwa dirinya mampu membawa lokomotif negeri ini menjadi lebih baik di periode kedua," kata dosen FISIP Unair tersebut.
Baca juga: Koalisi: Pembahasan Cawapres Jokowi Sudah Ditutup
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto memastikan, partai yang tergabung dalam koalisi Joko Widodo (Jokowi) tak lagi membahas nama-nama cawapres. Mereka sepenuhnya telah menyerahkan soal cawapres ini kepada Jokowi.
"Kami sudah nggak bicara nama lagi pokoknya, kita berdisiplin yang bicara nama Pak Jokowi," ujar Hasto, Ahad (5/8).
Sementara, terkait dengan dukungan kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) kepada salah satu sosok calon kepada Ketum PBNU, KH Said Aqil Siraj, untuk menjadikan tokoh itu sebagai cawapres Jokowi, Hasto mengaku tetap menghormatinya. Hasto menilai wajar usulan tersebut, apalagi menjelang pengumuman calon wakil presiden.
"Kalau terhadap dukungan-dukungan ya itu proses yang biasa terjadi menjelang pengumuman, tapi terkait dengan cawapres sekali lagi nanti Bapak Jokowi didampingi para ketua umum yang akan menyampaikan ke seluruh rakyat Indonesia," ujar Hasto.