Kamis 26 Jul 2018 15:44 WIB

Wasekjen Demokrat: Koalisi Jokowi Terkesan tak Percaya Diri

Wasekjen Demokrat mengatakan seharusnya koalisi Jokowi percaya diri umumkan cawapres.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo (tengah) melakukan pertemuan dan jamuan makan malam dengan dengan ketua umum partai politik koalisi (kiri ke kanan) Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang, dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7).
Foto: Antara/Rusman Djony
Presiden Joko Widodo (tengah) melakukan pertemuan dan jamuan makan malam dengan dengan ketua umum partai politik koalisi (kiri ke kanan) Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang, dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Renanda Bachtar menilai, calon presiden (capres) pejawat dan koalisi pendukung Joko Widodo (Jokowi) terkesan kurang percaya diri menghadapi pemilihan presiden (pilpres) 2019. Hal tersebut terlihat dari tak kunjung diumumkan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Jokowi.

"Tentunya kita berharap. Karena Pak Jokowi ini kan sebetulnya yang paling siap ya. Harusnya kita berharap ya Pak Jokowi tidak di akhir-akhir sekali baru mengumumkan. Ini kan seperti yang tidak percaya diri kan. Kita melihatnya seperti itu, jadinya," ungkap Renanda kepada Republika.co.id, Kamis (26/7).

Renanda mengatakan, seluruh anggota partai baik PDIP maupun partai di luar PDIP telah menyerahkan nama-nama dari masing-masing partai kepada Jokowi. Dan mereka, kata dia, juga telah siap menerima siapapun yang akan disebutkan untuk menjadi bakal cawapres pendamping Jokowi.

Sayangnya, hingga saat ini, sembilan hari menuju pendaftaran capres dan cawapres pada kontestasi Pilpres 2019, Jokowi masih juga belum menyebutkan siapa cawapresnya. Hal itu membuat langkah-langkah politik Demokrat dan partai-partai oposisi sulit untuk ditentukan.

"Semua sudah siap, semua sudah menyerahkan. Katanya sudah ada 10 nama di kantong, atau mungkin lebih. Apa yang pak jokowi tunggu? Kan harusnya itu. Karena Pak Jokowi kan jauh lebih confident daripada apa yang kita lihat saat ini," katanya.

Menurutnya, Demokrat tidak memiliki kebijakan yang senilai dengan anggapan 'membeli kucing dalam karung'. Artinya, kata dia, Demokrat sangat memperhitungkan mengenai penentuan capres dan cawapres dalam koalisi oposisi untuk melawan koalisi Jokowi saat ini.

"Kan maksudnya bisa jadi pertimbangan. Paling tidak, ada sesuatu yang bisa dipertimbangkan oke atau enggak oke, gitu. Ini kalau enggak ada, lalu, tiba-tiba disebutkan tokohnya, bangun komunikasi saja sulit," jelasnya.

Renanda juga tak menampik, Demokrat juga turut mempertimbangkan langkah-langkah politik partai itu pada kontestasi Pilpres selanjutnya, yakni pada 2024 mendatang. Sebab, dia meyakini, kader terbaik Demokrat, yakni Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memiliki elektabilitas tertinggi, juga bisa melengang pada panggung Pilpres 2024.

"Ini kalau enggak ada (nama cawapres Jokowi), lalu, tiba-tiba disebutkan tokoh yang duh, bangun komunikasi aja sulit. Bagaimana demokrat punya jalan yang lebih baik di 2024, karena kita semua tahu di tahun 2024 ada kader kita yang sekarang elektabilitasnya paling tinggi, bisa running capres-lah di 2024," ujarnya.

Baca juga: SBY: Pak Jokowi Tulus Mengajak Demokrat Bergabung

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement