Rabu 25 Jul 2018 15:20 WIB

KSP: Pemikiran Bung Karno Mendasari Pembinaan Bakat

Moeldoko mengatakan Presiden Jokowi tengah membentuk strategi pembinaan bakat anak.

Kepala staf Kepersidenan Moeldoko berbincang bersama wartawan diruangannya, Senin (2/7).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala staf Kepersidenan Moeldoko berbincang bersama wartawan diruangannya, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, relevansi pemikiran Proklamator Indonesia Bung Karno dapat mendasari pembentukan badan strategi pembinaan bakat di Tanah Air.  Ia mengungkapkan, Presiden Joko Widodo dan KSP tengah membentuk suatu strategi pembinaan bakat, sehingga talenta dan prestasi anak-anak Indonesia itu bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara.

"Kita ingin menjaring potensi anak muda. Karena negara wajib memberikan kesempatan," kata Moeldoko, Rabu (25/7).

Moeldoko mengatakan optimisme Bung Karno terhadap pemuda Indonesia adalah hal yang relevan dan kekinian dalam membangun bangsa dan negara.  Ada banyak prestasi dan kiprah generasi muda Indonesia di tingkat dunia, salah satunya Lalu Zohri yang baru-baru ini mencetak rekor sebagai pelari tercepat di tingkat U20. Pemerintah memanifestasikan optimisme proklamator itu dengan pembinaan nyata terhadap pemuda dan talentanya.

"Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia. Ini adalah pesan optimis yang selalu saya ingat. Bila anak-anak kita dipetakan dengan kapasitasnya yang mereka miliki, kita akan menggemparkan dunia," kata Moeldoko mengutip salah satu kalimat pidato Bung Karno yang terkenal, yang mendasari program pemerintah mengkanalisasi talenta pemuda Indonesia.

Optimisme Soekarno ini, menurutnya harus menjadi optimisme semua.  Moeldoko mengatakan potensi anak muda yang bisa mengguncang dunia, menurutnya, bisa dilihat dari rekaman sejarah bangsa Indonesia. "Jasmerah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Ini juga harus menjadi pemikiran kita. Pemuda-pemuda wajib mempelajari sejarah. Karena kita tidak akan berada di hari ini, kalau tidak ada masa lalu," demikian Moeldoko mengutip lagi pidato Bung Karno yang pernah terucap di HUT Indonesia tahun 1966 silam.

Upaya pemerintah membina anak dan pemuda dijelaskan pula oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan pemerintah sudah berupaya merawat potensi generasi muda Indonesia sejak masih taraf anak-anak, khususnya perlindungan agar anak Indonesia terjamin pendidikannya.

Mulai dari program wajib belajar 12 tahun hingga sekolah gratis untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.  Sedangkan untuk tingkat menengah atas dan kejuruan, ada Bantuan Operasional Sekolah/BOS yang dianggarkan di APBN dan BOS daerah yang dianggarkan di APBD. "Pemerintah juga berupaya anak miskin dan nilai akademik rendah tetap dapat mengakses pendidikan berkualitas di sekolah negeri melalui sistem zonasi," kata Retno ketika dihubungi.

Pada tingkatan yang lebih lanjut, untuk generasi muda, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berkomitmen mewadahi dan memfasilitasi berbagai kegiatan kepemudaan. "Agar pada pemuda Indonesia dapat berkarya dan berprestasi," kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Asrorun Niam Sholeh.

Dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan yang berkesinambungan. Sementara aspek kognitif dapat dilatih melalui aktivitas sosial kemasyarakatan, sehingga pemuda bisa memahami realita kehidupan masyarakat.

"Ucapan Bung Karno itu harus menjadi inspirasi para pemuda sekarang, bahwa perubahan ada di tangan mereka. Ini menjadi cambuk agar pemuda harus eksis di taraf global," katanya.

Ia mengatakan banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi, dan kemajuan teknologi informasi. Tentunya, segala tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang cerdas, tanpa meninggalkan nilai-nilai ke-Indonesia-an.

"Bahkan, pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitas dan nilai luhur yang dibalut dengan agama, norma, etika, yang belum tentu sama atau diterima dengan globalisasi itu sendiri," katanya.

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra masa depan bangsa ada di tangan pemuda.  Ia juga menekankan perlunya pemerintah membangun pemuda secara komprehensif. "Daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar," kata Sutan di Jakarta.

Sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam memerdekakan negara Indonesia. Bung Tomo, Bung Hatta, Ir Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement