Jumat 20 Jul 2018 18:09 WIB

Duet Prabowo-AHY Dinilai Linear dengan Gejala Politik Global

Pengamat menilai, kunjungan Prabowo ke SBY menguatkan peluang koalisi di pilpres.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto didampingi putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Edhie Baskoro Yudhoyono di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (18/7).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto didampingi putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Edhie Baskoro Yudhoyono di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono menuturkan, kunjungan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menjenguk Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menguatkan spekulasi bergabungnya Demokrat ke Prabowo. Pertemuan lanjutan yang disampaikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) semakin mengerucutkan kesepakatan.

Dari pertemuan ini, juga muncul salah satu isu yang menguat, yakni peluang AHY menjadi cawapres Prabowo. Sejak beberapa bulan lalu, nama AHY memang beredar di deretan atas dalam bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. "Baik untuk kubu Prabowo maupun pejawat, Joko Widodo," ucap Zaenal dalam keterangan tertulis, Jumat (20/7).

Selain sisi elektabilitas, AHY sebagai pemimpin muda mempunyai momentum dengan maraknya pemimpin muda dunia akhir-akhir ini. Terbaru, Sebastian Kurz yang terpilih sebagai Kanselir Austria dalam usia 31 tahun. Sebelumnya, ada nama Macron di Prancis dan Trudeau di Kanada. Peremajaan politik juga terjadi di negara tetangga, Malaysia, yang meskipun Dr Mahathir terpilih di usia 93 tahun, tapi ia berani mengangkat dua menteri di bawah 30 tahun.

Dengan fakta tersebut, Prabowo dan AHY akan menggambarkan pasangan tua-muda yang linear dengan gejala politik global. Tapi, Zaenal mengakui bahwa tidak mudah tentu bagi Prabowo untuk memilih AHY. Sebab, ada koalisi, seperti PKS dan PAN, yang sudah memiliki nama calon dan mengajukan ke Prabowo. "PKS terus mendorong Anies dan Aher, sementara PAN cenderung mendukung Zulkifli Hasan," ucap dosen FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia tersebut.

Zaenal menambahkan, di samping AHY, ada nama Anies yang juga memiliki peluang sama besar. Tapi, bila melihat kinerjanya di Jakarta, Anies tidak atau belum memiliki legacy fenomenal yang dapat dijadikan alasan untuk maju ke pemilihan nasional. Beda halnya jika Anies sudah melakukan banyak program di Jakarta yang dirasakan rakyat, maka posisi cawapres tidak akan menimbulkan perdebatan.

"Hanya saja faktanya tidak demikian," ujar Zaenal.

Sebelumnya, Prabowo dijadwalkan bertemu dengan SBY untuk membahas masalah politik pada Rabu (18/7). Tapi, pertemuan harus ditunda karena SBY harus dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Prabowo menjenguk SBY di RSPAD pada Rabu (18/7) pada pukul 18.30 WIB. Diperkirakan, pertemuan lanjutan keduanya akan berlangsung pada Selasa (24/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement