Jumat 20 Jul 2018 17:31 WIB

Pengamat: Mahfud dan TGB Cocok Jadi Cawapres Jokowi Tapi...

Mahfud dan TGB punya satu kekurangan yakni elektabilitas yang masih rendah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing (kanan) dalam diskusi di Jakarta, Jumat (14/11).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing (kanan) dalam diskusi di Jakarta, Jumat (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai Airlangga Hartarto, Mahfud MD dan Tuanku Guru Bajang (TGB) masih memiliki satu kekurangan yang sama untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019. Kekurangan tersebut adalah tingkat elektabilitas mereka yang masih rendah.

Sebelumnya, Jokowi menyampaikan Airlangga, Mahfud dan TGB masuk dalam bursa bakal cawapresnya. Emrus melihat, untuk membantu Jokowi unggul dalam pilpres 2019, tiga figur ini masih harus bekerja keras untuk meningkatkan elektabilitas mereka. "Terlebih, bisa dibilang, Jokowi masih belum aman. Elektabilitasnya masih di bawah 50 persen, sehingga butuh sosok yang dapat menunjang dia," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (20/7).

Selain elektabilitas tinggi, poin lain yang harus dimiliki pendamping kelak adalah kemampuan untuk meminimalisir politik identitas. Sebab, selama ini, Jokowi kerap diidentikkan dengan isu politik identitas negatif yang menimbulkan polarisasi di masyarakat. Polarisasi ini menciptakan perasaan eksklusif antar kelompok, bisa berdasar kepercayaan atau etnis tertentu.

Emrus menilai, isu politik identitas sebenarnya boleh dan wajar digunakan dalam berdemokrasi, asalkan masih berada dalam koridor pancasila atau mengedepankan nilai persatuan. Politik identitas dapat dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi, mempererat hubungan antara entitas yang ada.

Tapi, di panggung politik Indonesia, konsep ini belum dilakukan. Berbagai pihak memanfaatkan politik identitas secara berlebihan sampai menajamkan perbedaan-perbedaan di tengah masyarakat. Tujuannya, agar 'dagangan' politik mereka laku.

Emrus menilai, TGB dan Mahfud menjadi figur tepat bagi Jokowi mengantisipasi politik identitas yang kerap dialamatkan ke dirinya. Ketokohan mereka dapat menetralisir isu politik identitas yang dikaitkan dengan SARA. "Keberadaan mereka kerap dianggap dapat mencerahkan masyarakat. Diharapkan, mereka bisa meminimalisir politik identitas yang tidak produktif," katanya.

Baca juga: Jokowi Kantongi Nama TGB, Mahfud MD, dan Airlangga

Sebelumnya capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) menyebut nama Mahfud MD, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi dan Airlangga Hartarto, masuk dalam daftar calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Jokowi mengatakan, saat ini nama-nama tersebut tengah digodok oleh parpol koalisi.

"Masukkan, tapi kan harus ngerti kantongnya saya itu kan ga cuma satu," kata Jokowi di Pancoran, Jakarta, Senin (16/7).

Jokowi mengatakan, ia selalu bertemu dengan ketua partai untuk membahas cawapres pendampingnya nanti. "Ya saya terus bertemu dengan ketua-ketua partai hampir setiap hari tapi banyaknya tertutup," ujarnya.

Berbagai usulan bakal cawapres pun diperolehnya dari para ketua partai koalisi pendukung. Namun, ia kembali menegaskan nama-nama cawapres tersebut masih akan digodok.

Baca juga: Pengamat: Mahfud Bisa Bantu Jokowi Tepis Isu Komunis

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement