Kamis 19 Jul 2018 15:41 WIB

Rumah Mardani Dilempari Bom Molotov, Ini Komentar Sandiaga

Ia meminta untuk tidak berprasangka buruk sebelum ada keterangan dari pihak berwajib.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno
Foto: Republika/Sri Handayani
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menanggapi terkait dua bom molotov yang dilempar ke kediaman Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, di Kelurahan Jati Makmur, Pondok Gede, Kamis (19/7) dini hari. Ia meminta untuk tidak berprasangka buruk sebelum ada keterangan dari pihak berwajib terkait hal tersebut.

"Kita jangan suudzon, apakah ini sistematik, tapi kita lihat, kita koordinasi dengan aparat,” katanya di Hotel Santika Premier Slipi, Jakarta Barat, Kamis (19/7).

Ia mengungkapkan, informasi tersebut didapatkannya melalui pesan singkat teman-temannya dan juga dari media. Ia pun akan terus berkomunikasi dengan aparat terkait hal tersebut. Sebab, hingga saat ini belum diketahui siapa pelakunya. "Sebelum ada investigasi, saya enggak mau berkomentar. Saya lagi verifikasi bersama aparat sekarang,” tandasnya.

Sebelumnya, dua bom molotov dilempar orang tak dikenal ke rumah Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, di Kelurahan Jati Makmur, Pondok Gede, Kamis (19/7) dini hari. Bom molotov tersebut berbahan botol yang diisi bahan bakar minyak jenis Pertamax.

Baca: Rumah Mardani Dilempari Bom Molotov, Isinya Pertamax

"Ada dua bom molotov yang satu dilempar dan meledak di halaman dan satu lagi ditemukan di kebun samping rumah," kata menantu korban, Wijaya (29), di Bekasi.

Menurut dia, kejadian itu berlangsung sekitar pukul 03.00 WIB saat rumah yang beralamat di Jalan KH Ahmad Madani Nomor 199D, Jatimakmur, Pondokgede, Jatimakmur, Pondokgede, Kota Bekasi, hanya dihuni oleh seorang asisten rumah tangga keluarga itu. Asisten tersebut adalah Kosasih dan dua putra Mardani yang masih berusia 10 dan 13 tahun. "Kalau Pak Mardani kebetulan sedang tidak di rumah. Keluarga yang ada di rumah pun tidak mendengar ada ledakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement