REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, nama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti masih berpeluang menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Hendri mengatakan, minimal ada dua alasan mengapa nama Susi patut diperhitungan menjadi cawapres.
Pertama, Jokowi nampak nyaman bekerja dengan Susi, bahkan kerap memuji Susi. Kedua, kendati Susi dicitrakan dekat dengan lingkar dalam PDIP dan Megawati, parpol pendukung Jokowi nampaknya tidak memiliki resistensi terhadap Susi.
"Bahkan sejujurnya saya menilai Susi ini adalah people champion kedua, yabg pertama tentu saja Jokowi. Susi juga bisa menjaga suara pemilih perempuan nanti," ujar Hendri, Selasa (17/7).
Kendati demikian, Hendri mengakui Susi harus bersaing dengan beberapa nama yang telah eksis seperti TGB Zainul Majdi, Mahfud MD, Moeldoko, Romahurmuziy, Cak Imin atau bahkan Chairul Tanjung. Di internal lingkaran partai pendukung, disebutkan setidaknya Jokowi telah mengantongi lima dukungan partai politik untuk maju di Pilpres 2019 mendatang. PDIP, Golkar, PPP, NasDem dan Hanura telah deklarasi dukung Jokowi.
Perdebatan antar parpol pendukung pun bergeser kepada siapa tokoh yang tepat mendampingi Jokowi sebagai cawapres. Diakui nama Susi Pudjiastuti muncul ke arena bursa pasca beredarnya informasi tentang keberhasilan Susi mendapatkan ijazah pendidikan setara Sekolah Menengah Atas.
Diketahui ijazah SMA ini bisa menjadi salah satu syarat menjadi Presiden atau Wakil Presiden Republik Indonesia. Menanggapi menguatnya wacana Susi yang akan dipilih Jokowi, Politisi PDIP, Hendrawan Supratikno belum bisa memastikan siapa nama cawapres Jokowi karena itu adalah kewenangan Ketua Umum PDIP bersama Jokowi.
Di sisi lain ada tim internal yang telah dibentuk PDIP untuk mengkaji siapa sosok yang paling pas untuk mendampingi Jokowi. Selain itu, pembahasan cawapres juga akan dilakukan bersama para partai koalisi.
"Saya tidak tahu sama sekali soal pemilihan cawapres. Namun yang jelas memilih cawapres yang akan kami usung banyak pertimbangannya. Jadi, pertimbangan itu tidak hanya dari hasil survei yang naik turun," katanya.
Hendrawan menjelaskan, setidaknya ada beberapa poin yang tengah dipertimbangkan Jokowi dalam memilih Cawapres. Yaitu, visi dan ideologi, kompetensi, integritas, representasi kekuatan sosial politik dan demografi Indonesia, rekam jejak kepemimpinan, elektabilitas dan kecocokan dengan Jokowi.
"Jadi apakah Jokowi memilih wakil hanya sebagai wakil saja atau memilih wakil yang menjadi presiden pada 2024. Itu dua hal berbeda sama sekali. Itu manusiawi menurut saya. Bagaimana visi misi itu bisa berkelanjutan dan berkesinambungan," ujarnya.