Senin 16 Jul 2018 13:22 WIB

Pengamat: TGB Sulit Mendapat Restu dari PDIP dan Megawati

Pengamat menilai TGB bisa melengkapi figur Jokowi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Bayu Hermawan
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.
Foto: dok. Pribadi
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, kombinasi ideal bagi koalisi calon presiden pejawat Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019 adalah nasionalis religius. Ia tidak perlu memaksakan ahli di bidang ekonomi, politik maupun hukum karena sudah cukup diperkuat dengan menteri koordinator.

 

Dari beberapa nama yang bisa mewakili figur religius, sosok Muhammad Zainul Majdi (TGB) termasuk menarik dicermati. Ia terbilang sempurna, ulama sekaligus memiliki kisah sukses sebagai Gubernur NTB dua periode. "Selama ini beliau terafiliasi ke kelompok kanan, termasuk alumni 212 yang mendapat empati dari kelompok umat Islam," ujar Pangi di Jakarta, Senin (16/7).

 

Selain melengkapi figur Jokowi yang dikenal nasionalis, perbedaan ceruk segmen TGB dengan Jokowi jelas akan menguntungkan kubu PDIP. Sebab, TGB merupakan sosok yang kuat untuk merepresentasikan suara Indonesia bagian timur, sementara Jokowi kuat di daerah Jawa.  Tapi, TGB memiliki tantangan besar dari segi restu parpol koalisi pendukung utama yakni PDIP. Ketua Umum PDIP Megawati diketahui memiliki hubungan dingin terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketua umum Demokrat yang menaungi TGB sampai saat ini.

 

Untuk restu, Pangi melihat bahwa sosok Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin lebih mudah mendapat restu dari PDIP dan Megawati yang menjadi poin penting dalam menentukan cawapres Jokowi. "Seandainya Jokowi memainkan strategi politik bumi hangus, maka ada potensi Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin, tidak satu pun mengambil cawapres dari tokoh parpol atau ketua umum," ujarnya.

 

Ada poin yang juga sangat penting PDIP untuk dikalkulasi dan dihitung dari sosok Ma’ruf Amin. Ia masuk dalam kriteria Cawapres yang senior dari segi umur, di mana masa karirnya kira- kira habis di tahun 2024. Sehingga, PDIP tidak perlu mencemaskan sosok tersebut untuk mencuri start atau membahayakan partai di pilpres berikutnya.

 

Dari berbagai faktor, Pangi melihat bahwa memilih sosok di luar kader atau ketua umum parpol menjadi cawapres Jokowi merupakan poin terpenting yang patut dipertimbangkan. "Cara ini adil bagi semua parpol pengusung dan Jokowi tidak perlu perang urat saraf dengan ketua umum parpol pengusung yang terkesan memaksakan kadernya menjadi cawapres pendamping Jokowi," katanya.

Baca juga: Jokowi Kantongi Nama TGB, Mahfud MD, dan Airlangga

Sejumlah nama pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kembali maju di Pilpres 2019 telah merucut. Jokowi pun mengaku di antara nama tersebut yang masih digodok bersama dengan partai koalisinya yakni Mahfud MD, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi, serta Airlangga Hartarto.

Hal ini disampaikan Jokowi kepada awak media usai menghadiri Kuliah Umum Akademi Bela Negara Nasdem. Sejumlah ketua partai pun ikut menghadiri acara ini, begitu pula para tokoh lainnya termasuk Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, anggota BPIP Mahfud MD, serta Gubernur NTB Tuan Guru Bajang Zainul Majdi.

Saat itu, awak media menanyakan apakah para tokoh yang hadir tersebut masuk dalam daftar calon pendampingnya. "Masukkan, tapi kan harus ngerti kantongnya saya itu kan ga cuma satu," kata Jokowi di gedung ABN Nasdem, Pancoran, Senin (16/7).

Kemudian, awak media pun menanyakan apakah TGB juga merupakan salah satu nama yang dipertimbangkan. "Masuk, masuk kantong," jawab Jokowi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement