Ahad 15 Jul 2018 19:48 WIB

Pengamat: Peta Koalisi Sudah Semakin Terlihat

Bila tak ada kejutan, persaingan akan terjadi antara koalisi Jokowi dan Prabowo.

Rep: Farah Nabila/ Red: Teguh Firmansyah
Prabowo Subianto dan Jokowi.
Foto: AP
Prabowo Subianto dan Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik yang juga pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menilai saat ini peta koalisi sudah semakin terlihat.

Dia menilai, bila tak ada kejutan, pertarungan untuk menjadi presiden RI pada 2019 mendatang memang akan jatuh kepada dua tokoh, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

“Peta koalisi kan sebenarnya sudah terlihat. Kalau tidak ada kejutan ya akhirnya, koalisi Jokowi melawan koalisi Prabowo,” ungkap Hendri saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (15/7).

Pengamat politik dari Universitas Paramadina ini mengatakan kemungkinan adanya muncul satu koalisi lagi, adalah koalisi yang dibentuk oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau politisi Golkar Jusuf Kalla. “Kemungkinan adanya satu lagi ya, muncul SBY atau JK. Kan itu aja sebenarnya,” tuturnya.

Sementara untuk peta cawapres, saat ini juga kondisinya masih belum berubah. Dia menilai dari sisi Jokowi masih banyak nama kandidat cawapres yang masih didaftar. Nama-nama itu muncul baik dari kalangan independen maupun dari kalangan partai.

“Kalau peta cawapres juga masih belum berubah, di sisi Jokowi, cawapresnya masih mengantri. Ada Susi Pudjiastuti, ada Abraham Samad, ada TGB, ada Moeldoko, ada Sri Mulyani, ada Chaerul Tanjung, ada Romahurmuzy, ada Mahfudz MD juga, dan lain-lain,” jelasnya.

Baca juga, Khofifah Tegaskan Muslimat NU Dukung Jokowi di Pilpres 2019.

Hal demikian, kata dia, juga berlaku pada sisi Prabowo. Saat ini, masih banyak nama yang tengah dipertimbangkan oleh koalisi Prabowo untuk diajukan mendampingi Prabowo sebagai cawapres.

“Di sisi Prabowo juga masih banyak yang mengantre, tapi nggak terlalu banyak juga nama-namanya. Ada Rizal Ramli, ada juga Abraham Samad, ada nama Ahmad Heryawan, dan Salim Segaf Al-Jufri,” terangnya.

Namun demikian, dia menekankan, hal yang perlu diperhatikan saat ini justru seharusnya adalah manuver dari Demokrat. Dia menilai, saat ini, SBY sudah tak lagi meminta salah satu kadernya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjadi calon presiden.

“Sekarang bisa AHY jadi cawapres. Nah kalau AHY bisa jadi cawapres, dengan tabungan elektabilitas democrat 2014 sebanyak 10 persen, akan lebih mudah memainkan koalisinya,” terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement