REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kenaikan harga telur ayam di pasaran mulai berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat. Salah satunya, pelaku usaha kuliner yang memproduksi roti di Kota Sukabumi, Jawa Barat.
"Dampak kenaikan harga telur sangat berpengatuh besar pada roti," ujar pelaku usaha pembuatan Roti Chikin di Gang Ajid, Kelurahan Gunungparang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Anastasia (29 tahun), kepada Republika.co.id, Ahad (15/7). Sebabnya, telur ayam merupakan bahan pokok dalam pembuatan roti selain tepung terigu atau roti.
Baca juga, Harga Telur Ayam Cetak Rekor
Menurut Anastasia, kenaikan harga telur secara otomatis meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu untuk menyiasati hal tersebut para pelaku usaha ada yang mencari telur ayam yang sudah dikemas atau dikantong dalam plastik atau telur yang sedikit retak.
Namun, telur tersebut pun saat ini langka di pasaran. Padahal dalam sehari, tempat usahanya membutuhkan sekitar delapan kilogram telur ayam.
Saat ini, harga telur ayam dari perusahaan pemasok mencapai kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Sementara telur yang retak dijual Rp 26 ribu per kilogram.
Selain harga telur naik, lanjut Anastasia, tepung roti juga mengalami kenaikan harga dibandingkan sebelumnya. "Untuk tetap bertahan renana kami akan menaikkan harga sekitar lima hingga sepuluh persen," imbuh dia.
Baca juga, Produksi Telur Ayam Turun, Dinas Bogor Bingung Operasi Pasar
Anastasia mengatakan, kualitas produksi rotinya harus tetap dijaga. Sehingga pihaknya akan menyesuaikan harga.
Sebelumnya, harga telur ayam di pasar tradisional Kota Sukabumi mencapai kisaran Rp 30 ribu per kilogram. Sementara di sejumlah wilayah Kabupaten Sukabumi mencapai kisaran Rp 32 ribu hingga Rp 33 ribu per kilogram.