REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengumuman calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada menit-menit akhir pendaftaran dilakukan untuk mengunci partai koalisi. Dengan permainan politik seperti ini, tidak ada ruang komunikasi dan lobi tingkat tinggi elite sentral partai hingga detik terakhir pendaftaran pemilihan presiden (Pilpres) 2019 yang dibuka pada 4-10 Agustus mendatang.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, ketika paket capres dan cawapres diumumkan ke publik menjelang penutupan pendaftaran, parpol yang tergabung dalam koalisi harus menerimanya. Penerimaan dilakukan secara mau tidak mau, suka ataupun tidak suka.
"Sebab, untuk lompat pagar ke poros lain atau membentuk koalisi alternatif juga akan sulit mengingat waktu yang sangat mepet," kata Pangi kepada Republika.co.id, Sabtu (14/7).
Kendati untuk mengunci parpol, Pangi mengatakan, bukan berarti pengumuman pada injury time tidak bisa mendatangkan kejutan. Pangi mengibaratkan politik sebagai permainan sepak bola Piala Dunia, di mana timing sangat menentukan.
Bermain pada injure time dengan menunggu bola umpan lambung di menit menit terakhir pada sepak bola dapat mengubah hasil akhir, begitu juga dalam konstelasi politik, termasuk terkait pilpres. “Kita tunggu saja kejutannya," tuturnya.
Ia menambahkan fenomena paket yang sengaja dibuat menggantung bukanlah hal mengejutkan. Trik ini dialkukan baik dari poros koalisi capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) maupun oposisi, Prabowo Subianto.
Bermain di injure time atau menit-menit terakhir ini tengah asyik dimainkan masing-masing poros partau politik koalisi. Mereka memiliki alasan tersendiri untuk menerapkan permainan saling tunggu-menunggu. "Mereka tentu tidak mau layu sebelum berkembang," ujar Pangi.
Kondisi itu semakin menguat apabila melihat pola terbentuknya koalisi jelang kontestasi di Indonesia. Partai biasa mencari figur dan sosok terlebih dahulu baru kemudian merangkul parpol koalisi untuk bergabung membangun poros. Apabila pola diterapkan secara kebalikan, mungkin saja fenomena injury time lebih kecil terjadi.