REPUBLIKA.CO.ID, NEGARA, BALI -- Taman Nasional Bali Barat melepaskan 10 ekor burung jalak bali hasil pengembangbiakan ke alam liar di wilayah Labuhan Lalang, Kabupaten Buleleng, Sabtu (14/7). Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan untuk mengelola kawasan konservasi saat ini harus melibatkan masyarakat.
Kepala Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah Krisna mengatakan setelah dilepas ke alam liar, dengan dibantu masyarakat, pihaknya akan melakukan pengawasan intensif untuk memastikan burung jalak bali yang dilepas bisa bertahan hidup serta berkembang biak di alam liar dengan baik.
Ia mengatakan 10 ekor burung yang dilepas itu hasil pengembangbiakan di Unit Pengelolaan Khusus Pembinaan Jalak Bali Taman Nasional Bali Barat di wilayah Tegal Bunder, Kabupaten Buleleng. "Kandang habituasi yang kosong setelah 10 ekor ini dilepas ke alam liar, akan segera kami isi dengan burung yang baru sebagai pengikat. Upaya konservasi terhadap burung langka ini akan terus kami lakukan," katanya.
Agar bisa bertahan di alam liar, katanya, selain pengawasan dan perlindungan, bersama dengan berbagai kalangan yang peduli, pihaknya juga menanam pohon pakan jalan bali, seperti pilang dan sawo kecik. Saat ini populasi jalak bali di habitat alaminya terus bertambah, yang pada 2013 diketahui hanya 32 ekor pada 2018 bertambah menjadi 141 ekor yang tersebar di beberapa titik di kawasan TNBB yang membentang dari Kabupaten Jembrana hingga Buleleng.
"Selain di alam liar yang terdata sebanyak 141 ekor, masih ada 336 ekor yang berada di kandang pembiakan. Secara berkala hasil pembiakan kami lepaskan ke alam liar," katanya.