Kamis 12 Jul 2018 17:45 WIB

Wiranto: Tiap Hari 30 Anak Muda Meninggal karena Narkoba

Narkoba bisa menjadi alat proxy war.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Teguh Firmansyah
Menkopolhukam Wiranto (kanan) berbincang dengan siswa SD saat menghadiri peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2018 di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Menkopolhukam Wiranto (kanan) berbincang dengan siswa SD saat menghadiri peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2018 di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Koordinator Politik, Hukum, Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menyatakan, Indonesia masuk kategori darurat narkoba. Hal ini dilihat dari jumlah warga Indonesia yang meninggal setiap harinya sangat besar.

"Setiap hari 30 anak muda meninggal karena narkoba. Kalau sebulan 900 orang, berarti setara dengan tiga pesawat Boeing 737 itu jatuh. Semuanya mati. Ini besar sekali," ujar Wiranto saat menghadiri peringatan Hari Anti Narkoba (HANI) di Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido Bogor, Cigombong, Kabupaten Bogor, Kamis (12/7).

Masalah narkoba dinilai sebagai ancaman yang serius dan harus dihadapi secara serius pula. Cara hukum dan kesehatan dinilai harus ditingkatkan untuk mengurangi jumlah pengguna narkoba.

Pihak aparat keamanan bertugas secara hukum untuk menangkap dan mengamankan para pengedar dan pemakai narkoba. Sementara dari aspek kesehatan, rehabilitas sangat membantu untuk memutus rantai kecanduan terhadap barang haram tersebut.

"Tadi saya menyerukan kepada BNN untuk jangan lelah dan terus berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan," ujarnya.

Wiranto juga mengatakan perang modern saat ini salah satu jenisnha dengan menggunakan narkoba. Narkoba bisa digunakan untuk melumpuhkan suatu kekuatan bangsa. Perang modern yang disebut dengan proxy war ini dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga."Narkoba bisa jadi instrumen proxy war. Lebih murah, tidak terlihat. Tapi korbannya cukup banyak. Perang narkoba sudah di depan mata. Tiap saat penangkapan hitungannya sudah ton-an, bukan gram. Berapa juta orang teler karena itu," tambah Wiranto.

Kepala Badan Narkotika Nasional Heru Winarko menyebut dari data hasil survey BNN yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada 2017 menunjukkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai angka 3.376.115 orang. Atau sebesar 1,77 persen dari total penduduk Indonesia di usia produktif 10 hingga 59 tahun. "Melalui kebijakan dan kegiatan itu survei prevalensi tahun 2014 menurun yaitu dari 2,12 persen menjadi 1,77 persen pada tahun 2017," kata Kepala BNN Heru Winarko.

Baca juga, Sumbar Kian Diincar Pengedar Narkoba.

Jumlah tersangka yang ditangkap oleh Polri dan BNN pada 2017 sebanyak 64.526 orang. Sedangkan tahun 2016 sebanyak 61.748 orang. Jumlah barang bukti yang disita juga meningkat bila dibandingkan sitaan 2017 dengan 2018 periode Januari-Juni.

Selama tahun 2017 barang yang disita 1,144 ton shabu, 858.6 kg ganja, dan 218.212 butir pil ekstasi. Sedangkan 2018 ini barang bukti yang disita 1,3 ton shabu, 31 kg ganja, dan 217.526 butir pil ekstasi. "Jumlah pengungkapan kasus meningkat, tapi jumlah penggunaannya menurun," kata Heru.

Guna menekan jumlah penyalahgunaan narkoba yang sangat besar, BNN pun telah menyiapkan berbagai instrumen kebijakan dan melaksanakan berbagai kegiatan.

Kegiatan yang dilakukan antara lain Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika (P4N) dan alih fungsi lahan tanam. Untuk alih fungsi lahan tanam sendiri sudah dilakukan di daerah Aceh, di lahan yang dilunya digunakan untuk menanam ganja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement