Kamis 12 Jul 2018 17:18 WIB

Pengamat: Basis Elektoral Mahfud Masih Dipertanyakan

Mahfud tidak pernah memimpin organisasi besar, melainkan jabatan yang pengangkatan.

Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD memberikan keterangan usai konferensi pers di kantor BPIP, Jakarta, Kamis (31/5).
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD memberikan keterangan usai konferensi pers di kantor BPIP, Jakarta, Kamis (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD merupakan sosok cerdas dan baik. Namun, ia mengatakan, basis elektoral Mahfud masih dipertanyakan. 

"Pak Mahfud itu orang cerdas dan lurus, tetapi secara elektoral masih dipertanyakan," ujar  kata pengamat politik Indonesian Watch Democracy Abi Rekso di Jakarta, Kamis (12/7).

Abi mengatakan fakta bahwa Mahfud pernah berada di kubu Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 adalah hal biasa dalam politik. Hal itu tidak akan memengaruhi dukungan partai koalisi Jokowi terhadapnya karena politik selalu membuka peluang tersebut. 

Bahkan, lanjut dia, Prabowo juga pernah berkoalisi dengan kubu PDIP. Yang menjadi persoalan, menurut dia, basis elektoral Mahfud yang masih dipertanyakan.

Ia menekankan latar belakang Mahfud adalah seorang akademisi dan bukan politikus. Selain itu, Mahfud tidak pernah memimpin organisasi besar.

"Dia hanya orang yang pernah menduduki jabatan eksekutif dan yudikatif. Itu kan pengangkatan (bukan dipilih publik)," ujar Abi.

Ia menilai sosok yang baik akan sia-sia jika tidak ditopang dengan basis elektoral yang kuat. Selain itu, kata Abi, Mahfud juga ditolak di kalangan NU karena tidak pernah menjadi pengurus NU sehingga kontribusinya di NU banyak dipertanyakan orang.

"Secara garis besar, NU tidak mendukung dia. Jika dilihat dari aspek parpol, hampir tidak ada partai politik yang memiliki kedekatan emosional dengan Mahfud. Kalaupun PKB dahulu dia di sana, PKB sekarang Cak Imin menolak Mahfud dalam aspek politis," terangnya.

Abi memandang satu-satunya organisasi besar yang mungkin mendorong Mahfud hanyalah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Akan tetapi, kata dia, dalam KAHMI, ada sejumlah tokoh besar lain, seperti Anies Baswedan, yang akan membuat dukungan terhadap Mahfud menjadi tidak solid.

"Secara garis besar, saya menilai Jokowi akan rugi jika mengambil Mahfud sebagai calon wakilnya. Hal itu dilatari analisis-analisis tersebut," kata Abi.

Baca Juga: Mahfud MD Mengaku tak Ingin Menjadi Cawapres

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement