Kamis 12 Jul 2018 16:25 WIB

Ke Mana TGB akan Berlabuh Pascamendukung Jokowi?

Partai Demokrat memberi sinyal akan memberikan sanksi kepada TGB.

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).
Foto: Muhammad Nursyamsyi/REPUBLIKA
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Nursyamsi, Muhyiddin, Rizky Jaramaya, Debbie Sutrisno, Mas Alamil Huda, Umar Mukhtar, Febrianto Adi Saputro, Dian Fath Risalah

JAKARTA -- Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi membuat suhu politik di Indonesia menghangat. Pascamenyatakan dukungannya kepada Joko Widodo menjadi presiden dua periode, sejumlah pihak menilai sikap politik yang diambil TGB terlalu berani. Sebab, hingga kini TGB tercatat sebagai kader Partai Demokrat, parpol yang berada di luar koalisi pemerintahan.

TGB telah menyatakan dukungannya terhadap Jokowi untuk menjadi Presiden kedua kalinya. Menurut dia, Jokowi layak mendapatkan kesempatan kedua untuk membangun Indonesia.

TGB menyampaikan, pernyataan tersebut dilandaskan berdasarkan sejumlah pertimbangan. "Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat," ujar TGB kepada Republika.co.id, Kamis (5/7).

TGB yang sudah dua periode menjabat sebagai gubernur NTB sejak 2008 menilai, proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Pengalaman saya di NTB, tidak cukup satu periode untuk menuntaskan tugas-tugas besar membangun daerah, apalagi membangun Indonesia yang sangat luas dan kompleks ini," ungkap TGB.

TGB menyatakan keputusannya mendukung Jokowi melalui pertimbangan yang berkaitan dengan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat.

"Keseluruhan dari tiga hal ini, menurut saya, pantas dan fair kalau kita beri kesempatan kepada Bapak Presiden Jokowi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang selama 4 tahun ini beliau mulai," ujar TGB.

TGB juga menilai program-program Jokowi tak akan rampung dalam satu periode pemerintahan. Ia ingin memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk merampungkan program-programnya.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menekankan, sikap politik TGB merupakan ranah dewan kehormatan partai. Sejauh ini, kata Syarief, belum ada pembahasan di tingkat DPP Demokrat terkait sikap politik TGB.

"Itu merupakan bidang dewan kehormatan," ujar Syarief Hasan, di Jakarta, Senin.

photo
Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (8/7).

Mantan menteri koperasi itu menegaskan hingga kini TGB masih merupakan kader Demokrat. TGB merupakan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. TGB yang juga merupakan Gubernur NTB itu belum lama ini menyatakan mendukung Presiden Jokowi pada Pilpres 2019.

Syarief Hasan menegaskan, sikap TGB tidak mewakili Partai Demokrat. Perbedaan sikap politik di internal Partai Demokrat bukan pertama kali terjadi. Pada Pilkada DKI Jakarta lalu, dua kader Demokrat yakni Ruhut Sitompul dan anggota Dewan Pembina Demokrat Hayono Isman juga berbeda pandangan dengan partainya.

Demokrat menyatakan sanksi pemecatan kepada keduanya. Namun Hayono menegaskan dirinya lebih dulu mengundurkan diri. Syarief Hasan juga mengatakan, sikap TGB mendukung Jokowi untuk kembali menjadi presiden, bukan prioritas bagi partainya untuk dibahas. Syarief pun mengatakan Demokrat belum memutuskan apakah akan memberikan sanksi atau tidak kepada TGB itu.

"Masalah TGB tidak menjadi prioritas untuk dibahas, karena itu biasa dalam partai," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (9/6).

Meski itu masalah biasa, kata Syarief, bukan berarti TGB tidak akan lolos dari sanksi. Demokrat untuk saat ini hanya menganggap persoalan sikap TGB itu perlu dikesampingkan dulu.

"Bukan begitu (TGB tidak akan diberi sanksi), hanya saja saat ini belum jadi prioritas kita untuk dibahas," katanya.

Ketua Tim Pemenangan Pemilu dari Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan partainya tak gentar dengan adanya dukungan TGB ke Jokowi. Ia yakin masyarakat Indonesia masih akan memilih capres yang telah dicalonkan Gerindra, yakni Prabowo Subianto.

"Insya Allah (tidak gentar)," ujar Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (6/7) malam.

Sandiaga mengapresiasi pilihan TGB tersebut. Ia menilai gubernur yang telah terpilih dua kali dalam Pilkada NTB itu memang seorang ahli strategi. Menurut Sandiaga, TGB banyak membantu Gerindra dalam berbagai hal. Namun, tak dipungkiri ia adalah seorang tokoh muda yang kini sedang meroket. "Dia ahli strategi, tentunya kami apresiasi pilihan beliau," ujar dia.

Sandiaga berpendapat dukungan TGB kepada Jokowi tak akan mempengaruhi pilihan masyarakat. Ia yakin warga NTB akan melihat tawaran Prabowo dalam bidang ekonomi dan penciptaan lapangan kerja akan menarik perhatian warga NTB.

Otomatis TGB tidak bersama kami, Ketua Umum GNPF Yusuf Martak.

Sikap politiknya itu pun berimbas kepada dicoretnya nama TGB dalam daftar tokoh yang direkomendasikan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) untuk menjadi calon presiden atau calon wakil presiden. Ketua Umum GNPF Yusuf Martak menyatakan, dukungan TGB untuk Jokowi secara otomatis membuat TGB tidak lagi masuk dalam nominasi tokoh untuk Pilpres 2019.

Sebelumnya, TGB memang termasuk salah satu tokoh yang masuk nominasi Rakornas Alumni 212 untuk maju pada Pilpres 2019. Namun, Yusuf mengatakan, secara otomatis saat ini TGB sudah tereliminasi setelah mendukung Jokowi.

"Otomatis, kalau dia tidak bersama kami," ucapnya saat ditemui seusai bersilaturahim dengan Presiden PKS di kantor PKS, Jalan TB Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/7).

Baca juga: Terlalu Dini, Menilai TGB Berpihak ke Jokowi

Dukungan TGB untuk Jokowi dan Kode Pilpres 2019

Di sisi lain, menurut dia, setiap orang mempunyai hak menyatakan dukungan kepada pihak lain. Karena itu, GNPF mempersilakan TGB mengutarakan dukungan untuk Jokowi.

"GNPF tidak menentukan sikap, GNPF memandang setiap orang punya hak untuk mencalonkan dirinya. Silakan saja, nanti berpulang kepada dia dan siapa yang memberi hak supaya dia bisa berhasil, itu aja,” kata Yusuf.

Presiden PKS Sohibul Iman mengaku menghormati keputusan TGB. Sohibul menilai, TGB memiliki sejumlah pertimbangan sebelum memutuskan dukungannya.

"Kami menghormati, semua orang silakan punya pilihan politik apa pun, apalagi TGB seorang ulama, tentu dia punya perhitungan yang sangat luar biasa, baik itu perhitungan rasional maupun dari sisi perhitungan keyakinan, kita hormati saja," ujar Sohibul seusai halal bihalal dengan kader PKS NTB di Kantor DPW PKS NTB, di Jalan Lingkar Selatan, Mataram, NTB, Selasa (10/7).

Bagi Sohibul, setiap orang berhak menentukan pilihannya dan tentu bertanggung jawab pada pilihan masing-masing. "Kemarin kami kedatangan GNPF ke PKS. Sama, GNPF pun punya sikap yang sama (menghormati keputusan TGB). Enggak apa-apa kita hormati, jangan gara-gara berbeda sikap begitu, itu antarulama gontok-gontokan, sudah kita hormati saja," ujar Sohibul.

Sohibul Iman juga menyampaikan setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya, termasuk TGB. Karena itu, ia meminta semua pihak saling menghormati pilihan atau sikap masing-masing.

“Toh, beliau juga orang yang sangat paham agama, seorang ulama juga, saya kira sesama para ulama ini saling mengapresiasi. Semuanya tergantung pada pilihan masing-masing," ujar Sohibul.

Sohibul berkata, GNPF secara organisasi berhak membuat keputusan mengenai hal ini sesuai mekanisme yang berlaku. Jika TGB sudah tidak lagi bersama gerakan ini, GNPF bisa mengeliminasinya.

“Soal keputusan organisasi itu adalah hal lain, bahwa kalau seseorang kemudian tidak lagi bersama GNPF ulama yang tadinya dicalonkan jadi capres, ya tentu itu sebuah mekanisme di sebuah organisasi," kata dia.

Sohibul mengatakan TGB merupakan seorang ulama. Karena itu, dia meyakini, TGB mempunyai perhitungan yang sangat luar biasa ketika mengutarakan dukungan agar Jokowi kembali menjadi presiden dua periode.

“TGB seorang ulama tentu dia punya perhitungan yang sangat luar biasa, baik itu perhitungan rasional maupun dari sisi perhitungan keyakinan," kata Sohibul.

Sohibul pun mengajak semua pihak untuk menghormati pilihan politik TGB. "Kami menghormati, semua orang silakan punya pilihan politik apa pun. Kita hormati saja,” kata dia.

TGB juga mendapatkan apresiasi atas langkahnya mendukung Jokowi. Salah satu dukungan datang dari Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla. JK menilai, dukungan tersebut artinya dapat menambah dukungan bagi Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019. "Ya baguslah, menambah dukungan artinya," ujar Jusuf Kalla di Hotel Luwansa, Selasa (10/7).

Ia mengatakan, arah dukungan politik bisa saja berubah. Namun, perlu diingat kepentingan politik tidak akan berubah. "Politik itu kan bisa berubah-ubah, yang tidak berubah itu kepentingan," kata Jusuf Kalla.

Dukungan untuk TGB juga datang dari Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin. Ia bahkan meminta politikus senior PAN, Amien Rais tak menyudutkan TGB. Sebagai pemimpin daerah, Ngabalin menilai TGB bisa mendengar suara hati rakyat.

photo
Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin, memberikan tanggapan terkait statment Amien Rais, Selasa (10/7).

Menurut Ngabalin, TGB lebih paham bagaimana mencari sosok yang pas memimpin negara karena yang bersangkutan sudah 10 tahun menjadi seorang Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB). "Kalau Pak Amien kan tidak pernah jadi gubernur. Pak Amien juga bukan seorang teknokrat yang bisa memimpin sebuah daerah, sedangkan TGB ini 10 tahun memimpin," ujar Ngabalin ditemui di Istana Negara, Selasa (10/7).

Ngabalin mengatakan, TGB pasti memiliki alasan mengalihan dukungannya kepada Jokowi. Sebagai seseorang yang pernah memimpin sebuah daerah TGB mampu mendengarkan suara hati rakyat dan mengerti situasi di lapangan.

"Kalau Pak Amien itu kan dari 10 kata, ya terserah antum deh ambil berapa kata yang benar," ujar Ngabalin.

Amien Rais sebelumnya dianggap telah menyindir sikap TGB yang justru mendukung Jokowi maju kembali dalam pemilihan presiden 2019. Sindiran itu diungkapkan Amien Rais dalam rekaman video berdurasi kurang dari satu menit di akun Instagram resminya, Ahad (8/7).

Dalam rekaman video itu, menurut Amien Rais, sikap TGB yang tiba-tiba menyatakan mendukung Jokowi, cukup membingungkan. Sebab, Amien mengklaim, posisi yang selama ini ditempati TGB merupakan jalan yang benar sesuai hidayah Allah.

Amien Rais sendiri dalam akun Instagram pribadinya telah mengunggah sebuah video. Pernyataan dalam video ini dianggap menyudutkan TGB. Berikut kutipan dalam video tersebut:

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Saudara-saudaraku, akhir-akhir ini, kita melihat sebagian umat, bahkan sebagian tokoh, membingungkan kita, karena berpindah posisi, dari posisi yang kita anggap sudah benar, sesuai dengan hidayah Allah, tiba-tiba pindah ke posisi lain yang membuat kita agak bertanya-tanya.

"Nah untuk mereka, kita doakan mudah-mudahan mereka kembali ke jalan hidayah, jalan yang dibimbing oleh Allah. Sementara kita sendiri, kita bentengi agar kita tidak ikut-ikutan, dengan doa ayat 8 surat Ali ‘Imran."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement