Rabu 11 Jul 2018 16:01 WIB

Gerindra Maklumi PKS Ngotot Ingin Posisi Cawapres

Waketum Gerindra mengatakan keinginan PKS mendapatkan posisi cawapres adalah wajar.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Sufmi Dasco Ahmad memberitahukan penundaan rapat konsultasi fraksi-fraksi terkait permasalahan hukum Setya Novanto (Setnov) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/11).
Foto: Republika/Santi Sopia
Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Sufmi Dasco Ahmad memberitahukan penundaan rapat konsultasi fraksi-fraksi terkait permasalahan hukum Setya Novanto (Setnov) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menilai, keinginan PKS yang memasang harga mati untuk posisi calon wakil presiden (cawapres) adalah hal yang wajar. Menurutnya penjajakan antara keduanya dinilai telah cukup lama terbangun.

"Statement dari PKS tersebut saya bisa mengerti dan memahami dan dapat menerima bahwa keinginan PKS bahwa cawapres harus dari PKS," kata Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/7).

Namun demikian, Dasco mengatakan penjajakan yang cukup lama tersebut lantas tidak serta-merta membuat Partai Gerindra langsung meminang salah satu dari sembilan bakal cawapres PKS. Hal itu menurutnya juga perlu dibicarakan dengan partai koalisi.

"Cawapres dari PKS itu bisa dari nama yang disodorkan atau nama yang diendorse bersama-sama. Tetapi kalau PKS mensyaratkan harus cawapres dari nama-nama atau sama-sama yang diendorse ya itu kita bisa mengerti karena PKS selama ini bekerja sama dengan kita," katanya.

Ia pun berharap PKS tidak meninggalkan Partai berlambang kepala Garuda tersebut lantaran memiliki sejarah kebersamaan yang panjang. Sebelumnya, Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring menyatakan partainya tetap menyodorkan kadernya sebagai cawapres untuk Partai Gerindra di Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Hal ini kata Tifatul sesuai kesepakatan awal PKS dan Gerindra yang mencalonkan Prabowo Subianto menjadi capres.

"Kita tetap masih mencalonkan Pak Prabowo so far (sejauh) berpasangan dengan cawapres dari PKS. Itu nggak bisa ditawar-tawar. Cawapres harus dari PKS," ujar Tifatul di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/7).

Tifatul menegaskan, partainya enggan kembali hanya menjadi pelengkap dalam Pemilihan Presiden 2019 mendatang.  Karena itu, jika kader PKS tidak disertakan dalam Pilpres 2019 lebih baik PKS tidak bersama Partai Gerindra. "Kami enggak mau jadi penggembira aja dalam pilpres ini. Kalau mau kami mau disuruh dukung-dukung aja, mungkin kita lebih baik jalan masing-masing saja," ujar Tifatul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement