Senin 09 Jul 2018 22:39 WIB

Polisi Korban Serangan Gereja Sleman Raih Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat menjadi Ipda Al Munir merupakan penghargaan dari Kapolri.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
Aiptu Almunir, satu dari tiga petugas Kepolisian peringkus pelaku serangan di Gereja Santa Lidwina, saat ditemui di Polda DIY.  Pria asli Bantul tersebut saat ini dinas di Polsek Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Senin (12/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Aiptu Almunir, satu dari tiga petugas Kepolisian peringkus pelaku serangan di Gereja Santa Lidwina, saat ditemui di Polda DIY. Pria asli Bantul tersebut saat ini dinas di Polsek Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Senin (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aiptu Al Munir, sosok pahlawan yang mengamankan pelaku serangan di Gereja Santa Lidwina di Kabupaten Sleman beberapa waktu lalu mendapat kenaikan pangkat luar biasa. Kenaikan pangkat menjadi Ipda Al Munir itu merupakan penghargaan dari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Kenaikan pangkat luar biasa yang diterima Al Munir, personel Polses Gamping tersebut tertuang dalam Lampiran Keputusan Kapolri Kep/836/VI/2018 pada 21 Juni 2018. Lampiran ditandatangani langsung Kapolri. Upacara kenaikan pangkat luar biasa Aiptu Al Munir dlaksanakan Senin (9/7) pagi di Polda DIY, dipimpin Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dhofiri. Dalam sambutannya, Dhofiri mengaku memang sengaja menghadirkan seluruh personel lengkap Polda DIY.

Termasuk, Kapolres, Kapolsek, dan ibu-ibu Bhayangkari yang ada di DIY. Ia menuturkan, tujuannya tidak lain menunjukkan rasa bangga terhadap salah satu keluarga Polda DIY yang secara khusus telah diberikan kenaikan pangkat luar biasa.

"Apa yang diterima saudara A Munir itu sama artinya kita semua personel Polda DIY mendapat penghargaan itu," kata Dhofiri, Senin (9/7).

Terkait kejadian serangan gereja waktu itu, ia merasa itu tidak cuma mengagetkan masyarakat DIY, tapi seluruh Indonesia. Karenanya, kesigapan Al Munir betul-betul menunjukkan dedikasi.

Dhofiri merasa, itu sekaligus menampilkan loyalitas dari seorang sosok personel Polri atau Bhayangkara. Sebab, lanjut Dhofiri, marwah semua orang dipertaruhkan jika sosok Al Munir tidak ada saat itu.

"Marwah kita dipertaruhkan kalau seandainya kejadian itu tidak ada kehadiran sosok Ipda Al Munir yang dengan tanggap dan penuh tanggung jawab, tentunya lain ceritanya," ujar Dhofiri.

Untuk itu, Dhofiri mengutip apa yang pernah disampaikan seorang pengamat kepolisian, Prof Sucipto, yang menekankan untuk jadi polisi dibutuhkan rumus O2H. Yaitu, otak, otot, dan hati nurani.

Ia menekankan, semua itu harus didedikasikan untuk semata-mata melaksanakan tugas. Dhofiri merasa, Al Munir sudah menunjukkan itu semua lewat kesigapannya datang ke TKP tanpa menghilangkan hati nuraninya.

"Karena apa yang dilakukan adalah bukan mematikan tapi melumpuhkan, sebagai Polisi bukan memerangi orangnya tapi yang diperangi pola pikir kejahatannya tiga itu yang harus kita junjung tinggi," kata Dhofiri.

Serangan orang tidak dikenal terjadi di Gereja Santa Lidwina Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Ahad, 11 Februari silam. Empat orang jemaat dan satu petugas kepolisian menjadi korban.

Baca juga: Cerita Aiptu Al Munir Lumpuhkan Penyerang Gereja di Sleman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement