Senin 09 Jul 2018 17:34 WIB

Waketum Demokrat: AHY Kalah di Pilkada karena Dikerjain

Waketum Demokrat yakin AHY bisa memenangkan pilpres jika diusung sebagai cawapres.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Syarief Hasan
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Syarief Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan yakin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mampu memenangkan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 jika diusung sebagai calon wakil presiden (cawapres). Syarief mengatakan, kegagalan AHY di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tidak bisa dijadikan tolok ukur.

"Di DKI ini kan kita kalah karena dikerjain," katanya, Senin (9/7).

Syarief enggan membeberkan lebih lanjut maksud ucapannya itu. Saat ditanya apakah karena dicurangi, ia tak menggubrisnya. "Pokoknya dikerjailah," ucapnya.

Syarief mengatakan, saat ini partainya masih melakukan penjajakan dan mengevaluasi akan berkoalisi dengan siapa. "Kita belum tahu (akan berkoalisi dengan siapa), kita belum memutuskannya untuk sekarang ini," ujarnya.

Dalam penjajakan tersebut, Syarief mengakui, Partai Gerindra menjadi partai yang paling banyak memberikan peluang untuk mengusung AHY sebagai cawapres. "Saat ini yang paling banyak memberikan peluang bagus itu Gerindra," kata dia saat dikonfirmasi, Senin (9/7).

Peluang tersebut, lanjut Syarief, tentu akan memberikan dampak yang positif untuk Demokrat dan juga pengusungan AHY ke pilpres sebagai cawapres. Selain itu, menurut Syarief, bakal capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) sebaiknya segera mengumumkan siapa sosok cawapres yang akan mendampinginya pada bursa Pemilihan Presiden 2019. Hal ini perlu dilakukan bila Jokowi sudah menentukan pilihannya.

"Kalau Jokowi kan sudah punya nama ya lebih bagus kalau diumumkan saja segera," ujarnya lagi.

Baca juga: Pengamat: Duet Prabowo-AHY Jangan Dianggap Remeh

Pengamat politik Hendri Satrio menilai, jika Prabowo jadi berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, kekuatan duet ini tidak bisa dianggap remeh. Sebab, di balik duet ini pasti juga ada pengaruh dan kekuatan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kekuatan Prabowo dan SBY ini lumayan besar. Jadi, tidak bisa dianggap remeh juga," ujar Hendri saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/8).

Oleh sebab itu, dia menyebut pejawat, yakni Joko Widodo (Jokowi), juga harus berhati-hati dalam memilih pasangan calon wakil presiden (cawapres) yang akan digandengnya menuju kontestasi Pilpres 2019 nanti. Sebab, bila Jokowi salah dalam memilih pasangan cawapres, kemungkinan pasangan calon Prabowo-AHY bisa memenangkan Pilpres 2019 mendatang.

Pengamat politik yang juga merupakan pendiri lembaga survei Kedai Kopi itu mengatakan, kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti sangat bergantung pada tokoh yang akan digandeng untuk menjadi cawapres.

Selain itu, pergerakan Jusuf Kalla (JK), kata dia, juga patut diikuti. Hendri menilai, JK memiliki kemungkinan untuk membuat poros baru. "Kalau JK bikin poros baru lagi, nah, ini jadi menarik. Maka, pasti kekuatan Jokowi ini akan berkurang," ucapnya.

Partai Demokrat mewacanakan perjodohan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Wacana ini muncul usai Waketum Demokrat, Syarif Hasan, bertemu dengan Prabowo Subianto untuk membicarakan arah politik Pilpres 2019 mendatang. Hendri menuturkan, duet Prabowo-AHY bisa menggaet pemilih kaum muda. Sebab, AHY dinilai cukup populer di kalangan kaum muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement