REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian mengklaim, operasi penangkapan terorisme yang dilakukan Polri pascateror Surabaya pada Mei 2017 lalu berhasil mengurungkan niat para terduga teroris untuk melakukan aksi teror di Pilkada. Termasuk di antaranya adalah pelaku pemilik bom yang meledak di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (5/7).
Kelompok pelaku bom Pasuruan, yang sejauh ini terindikasi sebagai kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini menurut Tito akan digunakan untuk menyerang tempat pemungutan suara (TPS) pada saat Pilkada. "Tapi karena memang kita melakukan operasi besar 138 orang tertangkap ya setelah Bom Surabaya kemudian kita melakukan pengejaran-pengejaran tekanan-tekanan ini membuat kelompok-kelompok ini menjadi ragu-ragu," kata Tito di Tangerang Selatan, Jumat (6/7).
Menurut Tito, setelah operasi penangkapan tersebut, para pelaku teror mengurungkan niat dan menyimpan bahan peledak yang sudah disiapkan di rumah masing-masing. Akibatnya, seperti yang terjadi Pasuruan, bahan leledak tersebut meledak karena suatu sebab tertentu.
Bom di Pasuruan sendiri menurut Tito merupakan bom berdaya ledak ringan yang kerap digunakan untuk mengebom ikan. Kendati demikian, bahan ini menurutnya memang kerap digunakan oleh kelompok terorisme.
"Ini tujuannya TPS yang kemarin tetapi karena pengamanan ketat dari petugas Polri TNI dan lain-lain ditambah dengan pengejaran tekanan dari tim pengajar dari kepolisian terutama sehingga nggak jadi main main," kata dia.
Tito pun mengimbau masyarakat agat tetap tenang. Ledakan ini, menurutnya bukan serangan teror karena tidak memiliki target. Polri sudah menangkap seorang rekan pemilik bom Pasuruan, Jawa Timur, yang meledak Kamis (7/6). Namun, Anwari alias Abdullah yang memiliki bom tersebut masih melarikan diri.
"Kita sudah tahu pelakunya Abdullah ini satu temannya sudah tertangkap saya tidak mau sebutkan karena masih pengembangan, tolong ditulis itu satu orang terkait Abdullah ini sudah ditangkap," kata Tito.
Dari penangkapan ini, Tito menuturkan, kepolisian akan segera melakukan pengembangan. Sehingga, pelaku-pelaku teror lain yang belum ditangkap, termasuk Abdullah dapat segera ditangkap dan diproses hukum."Selagi mreka melakukan kegiatan seperti ini maka membuka pintu bagi polisi penegak hukum aparat keamanan untuk mengejar mereka," kata Tito.
Terduga pelaku bom Pasuruan bernama Anwardi masih dalam perburuan polisi. Anwardi tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). JAD merupakan kelompok yang belakangan kerap menjadi dalang aksi terorisme di Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat.
Anwardi merupakan narapidana Terorisme. Pada tahun 2010, ia sempat terlinat bom sepeda Kalimalang dan dipenjara di Lembaga Permasyarakatan Cipinang, Jakarta, selama lima tahun. Di dalam lapas, pelaku diketahui kerap berkomunikasi dengan narapidana terorisme (napiter) lainnya.
Sebelumnya, ledakan terjadi di Jalan Pepaya RT 01/01 Pogar, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis siang sekitar pukul 11.30 WIB. Dari informasi yang dihimpun ledakan bom yang terjadi di Bangil berasal dari rumah yang dikontrak Anwardi (sebelumnya dikenal Abdullah) warga Banten yang sudah menyewa selama satu setengah tahun. Abdullah tinggal bersama istrinya Dina Rohana dan anak laki-lakinya. Usai bom meledak, Anwardi alias Abdullah melarikan diri.