REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Divisi Komunikasi Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan partainya masih berusaha membentuk poros ketiga dengan sebutan koalisi kerakyatan. Untuk koalisi ini, Demokrat akan mendorong Agus Harimurti Yudhoyono sebagai kandidat pada Pemilihan Presiden 2019, baik sebagai presiden maupun wakil presiden.
Imelda mengatakan salah satu opsi yang akan diajukan oleh Demokrat, yakni mengusung nama Jusuf Kalla-Agus Harimurti Yudhoyono (JK-AHY). Imelda mengatakan opsi mengusung JK-AHY mengenang kejayaan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-JK saat memimpin Indonesia pada 2009-2014. JK dinilai sebagai sosok pendamping terbaik SBY.
"Koalisi kerakyatan untuk memberikan harapan pernah bersama SBY pernah konflik 2003 dan 2004. Sama-sama mendukung rekonsiliasi Aceh membantu Pak SBY 2004-2009 membantu mendukungnya," ujar Imelda dalam sebuah diskusi, Selasa (3/7).
Menurut Imelda, SBY selaku ketua umum Partai Demokrat menanggapi opsi JK-AHY dengan senyuman. Dia menambahkan opsi JK-AHY tersebut masuk juga dalam poling internal yang dilakukan oleh Demokrat.
Baca Juga: Pilpres 2019, JK: Pasti Dukung Pak Jokowi
Sebagai orang yang demokratis, SBY membuka semua kemungkinan apalagi keinginan ini datang dari para kader di seluruh daerah. Ia menyebutkan pertemuan SBY dan JK juga menjadi awal komunikasi politik.
Dalam pertemuan dengan partai lain pun, Demokrat mencoba mengajukan opsi dalam koalisi kerakyatan, termasuk mengusung JK-AHY. Hingga saat ini, Demokrat melalui para petinggi partai memang terus melakukan komunikasi dengan partai politik lain sejak pekan kemarin hingga pekan ini.
Bahkan, dalam beberapa waktu ke depan pun Demokrat masih akan berkomunikasi dengan sejumlah pertinggi partai lain untuk menggalang koalisi pada Pilpres 2019. Kendati demikian, dia mengingatkan, politik berlangsung cair sehingga apapun bisa terjadi di masa-masa akhir.
Semua opsi yang muncul nantinya juga tetap akan melihat hasil rapat majelis tinggi partai. Majelis Tinggi Partai Demokrat akan mengambil keputusan berdasarkan hasil komunikasi politik yang dilakukan.
Aspirasi kader
Agus Harimurti Yudhoyono. (Republika/Wihdan)
Imelda mengatakan Partai Demokrat telah melakukan poling hingga ke tingkat bawah terkait koalisi pada Pilpres 2019. Opsi yang muncul, yakni masuk dalam koalisi partai politik yang mengusung Joko Widodo (Jokowi), Prabowo Subianto, atau membuat poros ketiga dengan mengusung JK-AHY.
Hasilnya, 90 persen kader memilih untuk membuat poros ketiga tersebut dengan AHY sebagai wakil presiden Jusuk Kalla. "Jadi memang suara di bawah menginginkan adanya koalisi alternatif," kata Imelda dalam sebuah diskusi.
Imelda menuturkan, keinginan para kader Demokrat untuk membentuk poros ketiga tidak semata-mata karena ingin memajukan kader partai sebagai pemimpin negara. Ketika masuk dalam koalisi, Demokrat tidak memikirkan akan mendapatkan 'kue' apa.
Koalisi baru ini disebut akan berpengaruh pada keberadaan Demokrat di parlemen nantinya. Untuk itu, Demokrat tidak asal-asalan dalam mendorong koalisi kerakyatan.
Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyebut duet AHY-JK akan menjadi alternatif yang paling rasional. "Ada wacana memasangkan JK-AHY. Saya pikir pasangan alternatif yang bagus,” kata dia.
Emrus menjelaskan alasannya, yakni JK merupakan mantan wakil presiden mendampingi SBY dan kini kembali menjabat. Artinya, ia mengatakan, JK sudah menguasai soal pembangunan.
“JK tokoh berpengaruh, tokoh nasional yang punya kredibilitas. Kemudian dipasangakn dengan AHY," kata Emrus dalam diskusi yang sama.
Jika terealisasi, ia menilai, pasangan ini akan menjadi pesaing berat Jokowi dan pasangannya nanti di Pilpres 2019. Sebab AHY yang nantinya menjadi calon wakil presiden akan mendapatkan posisi yang kuat.