Kamis 28 Jun 2018 19:18 WIB

Gunung Agung Siaga, 26 Penerbangan Internasional Dibatalkan

Pembatalan penerbangan dari dan menuju Bali adalah keputusan maskapai.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Sejumah wisatawan menyaksikan pergerakan pesawat di landasan pacu Bandara Ngurah Rai dari Pantai Patra Bali, Kuta, Selasa (15/5).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
[ilustrasi] Sejumah wisatawan menyaksikan pergerakan pesawat di landasan pacu Bandara Ngurah Rai dari Pantai Patra Bali, Kuta, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Sebanyak 26 penerbangan rute internasional dari dan menuju Bali dibatalkan. Ini merupakan keputusan maskapai, meski hasil paper test menunjukkan tidak ditemukan adanya abu vulkanis Gunung Agung di wilayah Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

"Ya, itu keputusan maskapai sendiri. Hingga 19.40 WITA, hasil paper test tentang keberadaan abu vulkanis di bandara masih nihil," kata Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, kepada Republika, Kamis (28/6).

Arie menjabarkan, 26 penerbangan rute internasional tersebut terdiri atas 13 pesawat datang dan 13 pesawat berangkat. Pesawat yang datang membawa sekitar 2.515 penumpang, yang berasal dari enam penerbangan maskapai Air Asia dengan total 1.041 penumpang dan tujuh penerbangan maskapai Jet Star dengan total 1.474 penumpang.

Pesawat yang berangkat sedianya membawa 2.303 penumpang. Mereka berasal dari enam penerbangan maskapai AirAsia dengan total 897 penumpang serta tujuh penerbangan maskapai Jet Star dengan total 1.406 penumpang.

Pihak maskapai juga membatalkan penerbangan rute domestik, terdiri atas lima pesawat berangkat dan lima pesawat datang. Pesawat menuju Bali sedianya membawa 884 penumpang, yang seluruhnya adalah penumpang Air Asia dari lima penerbangan. Pesawat yang berangkat dari Bali ke destinasi lokal sedianya membawa 839 penumpang dari lima penerbangan Air Asia.

Gunung Agung sampai saat ini masih berstatus level tiga atau siaga. Analisis Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di lapangan menunjukkan hujan abu dengan intensitas tipis teramati di sekitar Desa Puregai, sekitar tujuh kilometer dari puncak.

Kepala PVMBG, Kasbani, mengatakan bahwa fenomena emisi gas dan abu menerus kemungkinan disertai aliran fluida. Aliran fluida ini selain gas dan abu juga bisa berupa aliran lava segar ke permukaan.

Sinyal tremor dengan frekuensi rendah, tetapi konstan, mengindikasikan laju aliran fluida ke permukaan relatif konstan. "Diestimasikan aktivitas permukaan yang terjadi saat ini masih bersifat efusif, belum eksplosif," tulisnya di laman MAGMA Kementerian ESDM.

Jika sinyal seismik mengalami perubahan, misalnya ditandai kemunculan kegempaan frekuensi tinggi, terjadi perubahan konten frekuensi tremor dan atau terjadi peningkatan amplitudo signifikan, hal ini dapat mengindikasikan terjadinya penyumbatan. Pada kondisi ini, baru erupsi eksplosif bisa terjadi.

Namun, sebut Kasbani, jika aktivitas emisi gas dan abu terus berlangsung tanpa mengalami perubahan laju berarti, kemungkinan yang terjadi adalah pengisian lava segar ke permukaan dan atau emisi gas magmatik. PVMBG terus memonitor aktivitas Gunung Agung untuk mengevaluasi potensi bahayanya antarwaktu. Jika terjadi perubahan signifikan, status atau rekomendasi aktivitas gunung tertinggi di Bali itu dapat dievaluasi kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement