Kamis 28 Jun 2018 19:10 WIB

Aktivitas Gunung Agung Meningkat, Bandara Bali Masih Aman

Ketinggian erupsi mencapai 23 ribu kaki.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Erupsi Gunung Agung. Erupsi magmatik Gunung Agung terpantau dari kawasan Amed, Bali, Selasa (28/11).
Foto: Republika/ Wihdan
Erupsi Gunung Agung. Erupsi magmatik Gunung Agung terpantau dari kawasan Amed, Bali, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Aktivitas vulkanis Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali terus meningkat hingga Kamis (28/6). Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai mendata hingga pukul 19.00 WITA status Volcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang menjadi panduan penerbangan di ruang udara Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai adalah oranye.

Ketinggian erupsi mencapai 23 ribu kaki. Pergerakan debu vulkanis terdeteksi ke barat laut-barat data. Meski demikian, data observasi tidak teramati adanya abu vulkanis di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

"Aerodome observation masih berlanjut. Paper test menunjukkan abu vulkanis di kawasan bandara masih nihil. Bandara Ngurah Rai masih beroperasi penuh," kata Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, Kamis (28/6).

Arie mengatakan hingga pukul 18.30 WITA, kawasan sisi udara (airside) di Bandara Ngurah Rai masih dalam kategori aman. PT Angkasa Pura I (Persero) terus bekerja sama dengan otoritas terkait dalam memonitor kondisi terkini.

Seluruh penumpang yang akan terbang dari dan menuju Bali, diharapkan untuk terus memantau status penerbangan melalui pihak maskapai. Penumpang juga dapat mengikuti perkembangan status operasional bandara terkini melalui contact center di nomor 172 atau Twitter @AngkasaPura172

Pasca erupsi Rabu (27/6) pukul 22.21 WITA, secara visual Gunung Agung mengeluarkan gas putih tebal hingga 200 meter di atas puncak. Sekitar pukul 10.30 WITA hari ini, intensitas emisi gas meningkat dan disertai abu tipis.

Emisi gas dan abu terjadi terus menerus dengan ketinggian berkisar 1.500 hinga 2.000 meter di atas puncak dan masih berlangsung hingga kini. Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pengecekan di lapangan. hujan abu dengan intensitas tipis teramati di sekitar Desa Puregai, sekitar tujuh kilometer dari puncak.

Hingga pukul 18.00 WITA, aktivitas emisi gas dan abu maish terus berlangsung dengan ketinggian relatif konstan di kisaran 1.500-2.000 meter di atas puncak. "Peningkatan amplitudo seismik secara cepat terjadi dalam tempo 12 jam terakhir," papar Kepala PVMBG, Kasbani di laman Magma Kementerian ESDM.

Kegempaan didominasi gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah, yang dimanifestasikan di permukaan berupa embusan gas dan abu. Gempa-gempa ini kemudian semakin rapat dan membentuk tremor menerus sejak pukul 12.30 WITA.

Hasil analisis PVMBG menunjukkan fenomena emisi gas dan abu menerus kemungkinan disertai aliran fluida. Aliran fluida ini selain gas dan abu juga bisa berupa aliran lava segar ke permukaan. Sinyal tremor dengan frekuensi rendah namun konstan mengindikasikan laju aliran fluida ke permukaan relatif konstan. "Diestimasikan aktivitas permukaan yang terjadi saat ini masih bersifat efusif, belum eksplosif," tulisnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement