Selasa 26 Jun 2018 18:55 WIB

Banser Geruduk Kantor PDIP Banyumas

Banser memprotes Satgas Anti-Money Politics PDIP yang membubarkan acara syukuran.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Bayu Hermawan
Ratusan anggota Banser menggerudug kantor DPC PDIP Banyumas, Selasa (26/6). Mereka memprotes aksi Satgas PDIP yang menggereg rumah warga NU yang sedang menyelenggarakan pengajian. Satgas PDIP menilai acara pengajian itu sebagai ajang money politics.
Foto: Republika/Eko Widiyatno
Ratusan anggota Banser menggerudug kantor DPC PDIP Banyumas, Selasa (26/6). Mereka memprotes aksi Satgas PDIP yang menggereg rumah warga NU yang sedang menyelenggarakan pengajian. Satgas PDIP menilai acara pengajian itu sebagai ajang money politics.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Ratusan anggota Banser Kabupaten Banyumas menggeruduk kantor PDIP Banyumas, Selasa (26/6). Mereka mendatangi kantor partai berlambang kepala banteng moncong putih ini untuk memprotes tindakan Satgas Anti-Money Politics PDIP Banyumas yang telah membubarkan acara syukuran pengajian di rumah seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam aksi tersebut tidak ada anggota Satgas PDIP yang terlihat. Namun, suasana sempat terasa panas saat seorang tokoh NU, yang diketahui menjadi tim sukses pasangan calon yang didukung PDIP, tampil di depan massa Banser. Untungnya, beberapa tokoh Banser dan pengurus NU bisa meredam kemarahan massa.

Aksi protes yang dilakukan Banser Banyumas tersebut terkait tindakan Satgas PDIP Banyumas yang membubarkan pengajian di rumah salah seorang warga NU berinisial ES (48) di Desa Susukan, Kecamatan Sumbang, Senin (25/6) malam. Anggota satgas menilai, acara tersebut menjadi ajang bagi-bagi uang yang berasal dari pasangan calon tertentu.

Anggota Satgas PDIP yang melakukan penggerebakan tersebut kemudian membawa pemilik rumah yang menggelar pengajian dan dua orang lainnya ke kantor Panwascam Sumbang. Selain itu, mereka juga membawa bukti berupa uang dalam amplop yang masing-masing berisi Rp 20 ribu. Terkait hal ini, Komandan Banser Banyumas Andri Widiyanto menyebutkan, apa yang dilakukan Satgas PDIP terhadap seorang warga NU di Desa Susukan dinilai berlebihan. Menurut dia, acara yang digelar ES murni merupakan acara pengajian yang digelar dalam rangka syukuran kelahiran.

"Dalam tradisi NU, acara pengajian untuk mensyukuri kelahiran seorang anak merupakan hal yang biasa dilakukan," katanya.

Lebih dari itu, uang yang ada dalam amplop dan dibagikan pada peserta pengajian hanya senilai Rp 20 ribu per orang. "Jadi. sangat keterlaluan kalau uang Rp 20 ribu dianggap money politics. Karena itu, kami menuntut klarifikasi pada PDIP agar anggota satgasnya tidak semena-mena melakukan tindakan penggerebekan," katanya.

Menanggapi tuntutan massa Banser ini, Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun yang hadir di tengah aksi akhirnya turun tangan untuk melakukan mediasi. Dalam pertemuan di kantor PDIP yang dihadiri pengurus PDIP dan perwakilan anggota Banser dan NU, akhirnya PDIP secara resmi menyampaikan permohonan maaf pada Banser dan NU Banyumas.

Lebih dari itu, pengurus PDIP juga menyatakan akan mencabut pengaduan kasus money politics yang sebelumnya dianggap terjadi di Desa Susukan Kecamatan Sumbang pada Selasa (26/6) itu juga. Ketua Bidang Hukum dan Advokasi DPC PDIP Banyumas, Susetyo, menyatakan apa yang terjadi dalam kasus penggerebekan di Desa Susukan Kecamatan Sumbang hanya sekadar kesalahpahaman.

"Untuk itu, atas nama PDIP Banyumas kami menyampaikan permohonan maaf dan akan mencabutan pelaporan dugaan politik uang hari ini juga," katanya.

Menyikapi kasus tersebut, dia menyatakan, antara Banser, NU, dan PDIP Banyumas ke depannya akan sama-sama menjaga kondisi damai menjelang pilkada. "Kami dari PDIP dan warga Nahdliyin itu bersaudara. Kita bersama-sama ingin mewujudkan pilkada di Banyumas yang damai tanpa dicederai konflik-konflik yang tidak bisa dipertangungjawabkan secara hukum," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement