Ahad 24 Jun 2018 23:38 WIB

Warga Guyup Rukun Sambut Pilgub dan Pesan Cak Nun

Masyarakat selalu guyup setiap penyelenggaraan pemilihan.

 Spanduk ajakan memilih untuk warga terkait Pilgub Jatim terpasang di Balai Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Ahad (24/6).
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Spanduk ajakan memilih untuk warga terkait Pilgub Jatim terpasang di Balai Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Ahad (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Erik Purnama Putra

Win Nurhayati (53 tahun) menganggap Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018 berlangsung adem. Warga Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, ini termasuk yang hampir lupa dengan jadwal pelaksanaan pilkada pada 27 Juni 2018.

Dia baru ingat jadwal pencoblosan setelah pemerintah memberikan kabar terkait rencana penetapan hari libur nasional. Selama ini, ia hanya mengetahui jadwal pencoblosan dari banyaknya spanduk saja yang dipasang Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Malang di beberapa lokasi di Desa Kemantren dan sekitarnya.

"Hampir lupa kalau ada pemilihan, soalnya hampir tidak terasa ada kampanye, dan tahunya juga di televisi saja," kata Win yang biasanya menyalurkan hak politik di tempat pemungutan suara (TPS) di Balai Desa Kemantren, Ahad (24/6).

Pantauan Republika, spanduk pengingat jadwal pencoblosan dengan gambar dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno terpampang di beberapa sudut strategis. Misalnya di sisi timur Pasar Kemantren, Balai Desa Kemantren, maupun jalan raya Kemantren yang menghubungkan wilayah sebelah, yaitu Pakis. Dalam spanduk, tertera pasangan Khofifah-Emil didukung Partai Demokrat, Golkar, PPP, Nasdem, Hanura, dan PAN. Adapun Gus Ipul-Puti didukung PKB, PDIP, Gerindra, dan PKS.

Mei Yuni Anida (26) termasuk yang mengaku kurang mengetahui gema kampanye Pilgub Jatim 2018 yang diikuti dua pasangan calon. Warga RT 09 RW 01 Desa Kemantren ini mengatakan, masa kampanye Pilgub Jatim memang tidak terlalu terasa apabila dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah tingkat dua, seperti wali kota. Yuyun--panggilan akrabnya--mengatakan, sepanjang pengamatannya memang kampanye di wilayah Kabupaten Malang kurang semarak dibandingkan Kota Malang yang menggelar Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Malang 2018.

Dia yang bekerja di Kota Malang setiap harinya mengaku melihat banyak spanduk terpampang di setiap sudut, yang dipasang tiga calon wali kota dan wakil wali kota. Meski begitu, ia merasa beruntung suasana adem terjadi di kampungnya lantaran orang-orang tidak sibuk membicarakan politik. Dia juga menilai, kehidupan masyarakat tetap guyup rukun karena tidak terlalu banyak orang peduli terhadap politik. "Lebih ramai di (Kota) Malang, di sini biasa-biasa saja," ujar Yuyun.

Hal itu juga dibenarkan oleh Suni (85) yang mengaku tidak terlalu mengetahui siapa calon yang layak didukung. Menurut Suni, pilkada kali ini kurang semarak lantaran mungkin kampungnya tidak didatangi calon gubernur dan wakil gubernur. "Saya juga bingung mau pilih siapa," kata Suni.

Salah satu Pamong Desa Kemantren, Suryo Hadi menyatakan, sepanjang pengetahuannya memang masyarakat selalu guyup setiap penyelenggaraan pemilihan, baik pemilu, pilgub, pemilihan bupati (pilbup), hingga pemilihan kepala desa (pilkades). Meski kali ini dibayang-bayangi berita pilkada berpotensi berlangsung panas, namun pihaknya merasa sepanjang tahapan terbukti tidak ada masalah dan tensi politik tidak sampai mengganggu keharmonisasn kehidupan di masyarakat bawah.

photo
Istimewa

Semua itu juga terwujud berkat kerja sama seluruh pemangku kepentingan, termasuk staf Desa Kemantren, Babinsa, dan Babinkamtibnas yang ikut terlibat dalam rapat dan berkomitmen untuk menjaga agar suasana masyarakat tetap aman dan nyaman  "Pilgub Jatim tidak akan sama dengan Pilgub DKI seperti yang disiarkan di televisi, masyarakat sudah biasa menghadapi ini semua," kata Suryo.

Menurut Suryo, Pilgub Jatim ini memang kurang semarak juga diakibatkan berbarengan dengan diadakannya gelaran Piala Dunia 2018. Selain itu, masa kampanye selama Ramadhan dan pencoblosan yang dilakukan setelah Lebaran juga turut mendinginkan tensi politik.

Tidak hanya itu, Suryo juga menyebut masyarakat saat ini malah lebih tertarik membahas Pilpres 2019 karena tokohnya lebih dikenal dan sering muncul di televisi daripada kandidat cagub dan wagub Jatim sehingga pilkada kali ini malah terkesan adem ayem. "Tapi kami dari perangkat desa siap untuk menjaga kesuksesan agar pencoblosan bisa berlangsung aman tanpa gangguan," kata Suryo.

Suasana tenang dan terkendali sehingga tak ada gesekan di masyarakat selama masa kampanye Pilgub Jatim, juga turut dipengaruhi peran aparat yang terus turun ke masyarakat. Bahkan, Polsek Jabung menjelang pencoblosan melakukan patroli keliling untuk berinteraksi dengan masyarakat.

Bahkan, Republika melihat sendiri aparat juga ikut shalat berjamaah agar bisa bercengkerama dengan masyarakat, salah satunya ikut shalat Subuh di Masjid Nur Inka milik mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo pada Sabtu (23/6).

Sementara itu, Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung mengatakan, tugas utama kepolisian adalah melakukan pendekatan dan silaturahim ke berbagai elemen masyarakat dengan tujuan agar pilkada berjalan aman dan lancar. Karena itu, pihaknya juga menggelar shalawat bersama yang dihadiri forum ulama dan habib serta merangkul ormas dan LSM untuk melaksanakan deklarasi agar semua pihak bisa terlibat menjaga pesta demokrasi berlangsung tanpa hambatan.

Polres Malang pun juga aktif menjaga agar situasi dan keamanan di wilayahnya tetap kondusif dengan mengampanyekan pilkada damai tanpa hoax di media sosial (medsos), khususnya akun Instagram, polresmalangofficial. "Doa bersama dan istigosah bersama (diselenggarakan)  dalam rangka menyongsong pelaksanaan pilkada damai di Kabupaten Malang. Ini agar pilkada aman, lancar, kondusif," kata Yade dikutip dari akun resmi Instagram Polres Malang yang sudah terverifikasi.

Bahkan, Yade juga menggandeng budayawan sekaligus intelektual terkemuka, Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun untuk menyerukan supaya masyarakat Kabupaten Malang tidak sampai ribut gara-gara pilkada. Cak Nun berpesan dengan mengajak segenap warga negara untuk bisa menjaga persaudaraan dan tidak terpecah hanya karena berbeda pilihan politik.

"Seluruh masyarakat Kabupaten Malang, saya sebagai orang tua, sahabat, saudara ikut berpesan, ayo dijaga ketenangan, keamanan, ketentraman, persatuan, dan kesaudaraaan. Apapun yang kita alami, apa itu pilkada atau apa pun itu, tetap menciptakan dan menjaga kekompakan dan keamanan yang kita alami," ujar Cak Nun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement