REPUBLIKA.CO.ID, SAMOSIR -- Hafni Sinaga, warga Pematang Siantar, Sumut, menceritakan pengalamannya terombang ambing di danau Toba selama beberapa saat. Dia merupakan satu di antara 18 penumpang Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang selamat setelah tenggelam di danau terbesar di Asia Tenggara itu, Senin (18/6) petang.
KM Sinar Bangun dilaporkan tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, menuju Tigaras, Simalungun, sekitar pukul 17.30 WIB. Kapal kayu itu diduga mengangkut seratusan penumpang dan puluhan kendaraan yang membuatnya kelebihan muatan.
"Jadi angin juga, keberatan juga, badai juga," kata Hafni saat ditanya penyebab kapal itu karam, Selasa (19/6).
Sore itu, Hafni sedang dalam perjalanan pulang setelah berlibur bersama teman-temannya. Dara 20 tahun itu mengaku tidak tahu jumlah penumpang dan kendaraan yang dibawa kapal tersebut.
Baca juga, Polda Sumut: Korban KM Sinar Bangun Didata
Namun, yang dia tahu, suasana panik sangat terasa saat kapal mulai tenggelam. Dia pun berpelukan dengan temannya saat tubuh mereka terombang ambing di danau Toba.
"Kami berenang, terus di depan ada ban. Kami terakhir yang diselamatkan, mungkin sekitar satu jam (diselamatkan)," ujar Hafni.
Kini, Hafni masih dirawat di Puskesmas Simarmata, Samosir. Ada sembilan penumpang selamat lain yang juga mendapat pengobatan di sana. Hafni beruntung. Dia tidak mendapatkan luka yang parah.
"Waktu itu sedikit panik. Tapi kalau terlalu panik, nggak ada tenaga, akhirnya diam saja, banyak istighfar," kata Hafni.