Rabu 13 Jun 2018 04:27 WIB

Anies-Aher?

Anies sangat mungkin maju jadi capres, tapi ada satu hal yang menghambatnya. Apa itu?

Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Inas, Mas Alamil Huda, Umar Mukhtar

Nama Anies Baswedan mendadak muncul menjadi calon presiden alternatif. Bahkan, satu kelompok ulama dan aktivis sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres pada Pilpres 2019.

Ulama dan aktivis yang tergabung dalam Gerakan Indonesia untuk Indonesia menganggap Anies sebagai sosok yang mampu dalam memimpin negara karena kapasitas dan integritasnya. Mereka pun bulat mendorong, mendaulat dan mendeklarasikan Anies maju sebagai capres 2109-2024.

"Deklarasi ini didasarkan pada syarat komitmen, integritas, kapasitas, dan elektabilitas yang terpenuhi di dalam diri Anies Baswedan," kata Juru Bicara Gerakan Indonesia untuk Indonesia, Ustaz Haikal Hasan, Jumat (8/6).

Komitmen kebangsaan dan kerakyatan yang ditunjukkan Anies dapat dilihat dengan menginisiasi 'Indonesia Mengajar'. Selain itu, kebijakan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu dinilai mereka pro kepada rakyat kecil. Dan tanda-tanda itu makin terlihat saat Anies menjabat Gubernur Jakarta.

Haikal menyebut di antara kebijakan itu adalah menghentikan proyek reklamasi untuk menjaga kedaulatan negara dari kepentingan asing. Anies juga kepada rakyat kecil seperti nelayan, komunitas tukang becak, pedagang kaki lima, dan pengendara motor.

Tak lama setelah deklarasi oleh kalangan ulama dan aktivis ini, muncul wacana untuk memasangkan Anies dengan Ahmad Heryawan (Aher), Gubernur Jawa Barat. Perhitungan politiknya, Anies dianggap mewakili Partai Gerindra dan Aher representasi PKS.

Petinggi PKS Mardani Ali Sera menyatakan saat ini nama Anies-Aher sebagai pasangan capres-cawapres untuk Pilpres 2019 memang telah menjadi wacana di internal PKS. Tak hanya itu, PKS juga mendiskusikan wacana ini dengan sejumlah pihak eksternal.

PKS meyakini bisa memenangkan kontestasi Pilpres 2019 dengan mengusung kedua tokoh yang masih menjabat gubernur itu. "PKS bukan cuma ingin maju, tapi ingin menang," kata Mardani, Selasa (12/6).

Untuk memenangkan itu, semua opsi terkait calon yang akan diusung sedang dalam pengkajian. Mardani memastikan opsi-opsi ini selalu dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang lain.

Mardani melalui cicitan di Twitter mengatakan berdasarkan masukan dari berbagai kalangan dan kelompok masyarakat, PKS membuka peluang memajukan Anies dan Aher sebagai capres-cawapres. Ia meminta respons publik atas wacana Anies-Aher ini.

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DSCS) Zaenal A Budiyono menilai Anies lebih berpeluang diusung jadi capres pada Pilpres mendatang. Apalagi, saat ini masyarakat cenderung lebih kritis dan tidak mudah dipengaruhi oleh pencitraan.

Menurut Zaenal, sosok yang memiliki visi misi yang jelas akan mendapat elektabilitas yang lebih tinggi. "Itu yang terlihat pada Pilgub DKI di mana debat menjadi titik tolak meroketnya elektabilitas Anies, setelah tertinggal dari Ahok dalam beberapa bulan sebelumnya," kata Zaenal, Senin (11/6).

Anies dinilainya memiliki keunggulan dari sisi lantar belakang. Rekam jejak Anies di dunia aktivis, akademisi hingga politisi dan birokrat sangat dekat dengan tradisi debat.

"Kesimpulannya, sebagai aktivis Anies sedikit diuntungkan dengan sistem pemilihan langsung," kata Zaenal yang juga pengajar ilmu politik di Universitas Al Azhar itu.

Jabatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta pun membantunya menunjukkan kemampuan memimpin. Belum setahun memimpin, Anies telah melakukan banyak hal yang menurut Zaenal berani, seperti menutup Alexis, investigasi gedung pencakar langit, dan yang terbaru, menyegel pulau reklamasi.

Anies pun menanggapi dingin atas dorongan sekolompok masyarakat yang mendeklarasikannya sebagai capres 2019. Ia mengaku saat ini hanya ingin fokus mengurusi Jakarta. "Aduh, itu saya tidak mau ikut-ikut, saya urus Jakarta," kata Anies di Balai Kota, Jumat (8/6).

Nama Anies muncul dalam beberapa survei elektabilitas Pilpres 2019. Ia digadang-gadang akan berpasangan dengan bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Lembaga Survei Alvara memaparkan 60 persen responden ingin Anies dipasangkan dengan Prabowo. Survei itu melibatkan 2.203 responden di seluruh Indonesia dan dilakukan pada 17 Januari hingga 7 Februari.

Survei Indobarometer menempatkan Anies sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi keempat pada Mei lalu. Pada urutan pertama Joko Widodo (40,7 persen), disusul Prabowo Subianto (19,7 persen), dan Gatot Nurmantyo (2,7 persen).

Elektabilitas Anies Baswedan (2,7 persen). Di belakangnya ada Agus Harimurti Yudhoyono (2 persen), Jusuf Kalla (1,2 persen), TGB (1 persen), Hary Tanoesoedibjo (1 persen), dan Ridwan Kamil (1 persen).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement