Jumat 08 Jun 2018 16:20 WIB

Fachry Ali: Yudi Latif Enggan Jadi Alat Indoktrinasi Politik

Yudi sempat kaget ketika ada penafsiran Pancasila itu ideologi tertutup.

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Yudi Latif
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Yudi Latif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sosial keagamaan, Fachry Ali, mengatakan, apa yang dilakukan Yudi Latif mundur dari Ketua BPIP sudah benar. Dia jelas tak ingin menjadi alat indoktrinasi politik atas ideologi bangsa, yakni Pancasila.

''Yang dia lakukan itu cermin dari tindakan 'ketulusan intelektual' yang dilakukan selaku seorang cendekiawan. Saya tak kaget atas pilihannya untuk mundur. Dia memang menolak atau enggan dijadikan alat indoktrinasi politik,'' kata Fachry, kepada Republika.co.id, Jumat (8/6).

Baca Juga: Refly Harun tak Kaget Yudi Latif Mundur dari BPIP

Fachri lebih lanjut menceritakan pertemuannya dengan Yudi Latif pada awal ketika dia baru menjabat. Yudi dilantik sebagai Kepala Unit Kerja Presiden-Pembina Ideoogi Pancasila (UKP-PIP). Pertemuan itu terjadi di sebuah stasiun televisi ketika hendak melakukan talk show.

''Saat itu saya hanya mengatakan, Yud belajarlah pada sosok dan kasus yang menimpa Pak Ruslan Abdul Gani dulu. Kamu jangan seperti dia,'' kata Fachry yang juga menjadi sosok yang dituakan atau senior dari Yudi Latif.

Ruslan Abdul Gani selaku mantan pejuang pelaku pertempuran 10 November 1945 pada zaman Sukarno sempat menjadi menteri luar negeri. Sementara itu, pada zaman Orde baru dia menjadi sosok yang sangat dihormati. Berkat posisi uniknya itu, pada zaman Sukarno dia dijadikan sosok pelegitimasi ideologi Pancasila ala Orde Lama, dan pada zaman Soeharto menjadi sosok pelegitimasi idiologi Pancasila model rezim Orde Baru.

''Saya mengatakan agar Yudi jangan seperti itu. Dia harus mampu menerangkan Pancasila agar bisa masuk dalam pikiran dan bahasa kaum cendekiawan. Sebab, dia ada kelompok kaum cendekiawan. Setelah melakukan hal itu, ide soal Pancasila baru disebarkan ke masyarakat. Dan saya tahu dia mampu melakukannya dan tepat untuk itu,'' katanya lagi.

Bukan hanya itu, lanjut Fachry, pada hal lain Yudi terlihat terpukul--setidaknya kaget--ketika Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa Pancasila adalah ideologi yang tertutup. Ini jelas menghentaknya sebab dari dahulu, baik Cak Nur (Dr Nurcholish Madjid) maupun Soeharto mengatakan hal sebaliknya.

''Mendiang Cak Nur yang jadi senior sekaligus guru Yudi Latif mengatakan, Pancasila itu  ideologi terbuka. Dan Pak Harto di zaman Orde Baru juga mengatakan hal yang sama. Bila menjadi ideologi terbuka maka Pancasila itu masih dapat untuk ditafsirkan. Berbeda bila dijadikan ideologi tertutup yang itu artinya Pancasila tak bisa ditafsirkan lagi. Saya kira itu salah satu konteksnya mengapa Yudi sampai seperti itu,'' kata Fachry menegaskan.

Selain ity, Yudi juga jengah akan polemik gaji dan fungsi BPIP. Dia tidak membayangkan polemik akan riuh seperti itu. Apalagi selama ini Yudi bukan orang pencari gaji. Jadi, dia memilih dan memutuskan untuk menepi dari hiruk pikuk serta menghindar dari jebakan yang terjadi.

''Yudi itu cendekiawan yang tulus. Atas sikapnya itulah dia memilih mundur,'' ungkap Fachry.

Baca Juga: Yudi Latif Mundur, Pimpinan DPR: Ada Apa dengan BPIP?

Seperti diketahui, cendekiawan muda lain, seperti pakar hukum tata negara, Refly Harun, mengaku tidak heran dengan keputusan Yudi Latif yang memilih mundur sebagai Kepala BPIP. Yudi diketahui mundur terhitung sejak Kamis (7/6) atau tepat setahun sejak Yudi dilantik menjadi Kepala Unit Kerja Presiden-Pembina Ideoogi Pancasila (UKP-PIP).

"Yudi Latief mundur? Saya tidak kaget. Seorang moralis seperti dia tak akan betah berlama-lama di suatu lembaga semacam BPIP," kata Refly melalui cuitannya di akun Twitter yang telah dikonfirmasi oleh Republika, Jumat (8/6).

Refly menilai BPIP saat ini tidak terlalu dibutuhkan untuk menjaga eksistesi ideologi negara. Bagi Refly, Pancasila harus hidup dari masyarakat atau dari bawah, bukan dengan cara dari atas ke bawah atau dari pemerintah ke masyarakat. Peran negara untuk menjaga ideologi Pancasila, menurut Refly, cukup dengan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.

"Bagi saya sendiri (BPIP) memang tak dibutuhkan. Pancasila harus hidup dari masyarakat secara bottom up, tidak top down dari negara. Negara cukup memberi contoh baik. Salut Yudi," tulis Refly.

Sebelumnya diberitakan, Yudi Latif mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Kepala BPIP. Yudi beralasan dirinya mundur agar adanya penyegaran kepemimpinan baru di BPIP.

"Saya merasa perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan," kata Yudi melalui keterangan tertulis yang dimuat di laman resmi kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Jumat (8/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement