Selasa 29 May 2018 19:14 WIB

Survei Sebut Elektabilitas Gus Ipul Masih Unggul

Pilkada Jatim diprediksi bakal berlangsung ketat.

Pasangan Calon Pilkada Jatim, Gus Ipul-Puti Guntur (ilustrasi)
Foto: Dadang Kurnia
Pasangan Calon Pilkada Jatim, Gus Ipul-Puti Guntur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Timur berlangsung ketat dan dinamis. Hal ini terlihat dari tipisnya selisih suara kedua pasangan calon berdasar survei yang dilakukan Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan Konfilk (Puskep) FISIP Universitas Airlangga (Unair).

Dalam survei tersebut elektabilitas pasangan Cagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Cawagub Puti Guntur Soekarno unggul tipis dengan 47,25 persen dibanding duet Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto sebesar 42,25 persen. Adapun yang belum menentukan pilihan sebesar 10,5 persen.

”Pertarungan dua kandidat antara Bu Khofifah dan Gus Ipul memang selalu ketat, meski saat ini Gus Ipul masih unggul. Pertarungan ini ibarat el clasico kalau di Liga Spanyol, selalu ketat dan mendebarkan sampai akhir laga,” ujar Direktur Puskep FISIP Unair Putu Aditya dalam jumpa pers di Surabaya, Selasa (29/5).

Dari sisi popularitas, Gus Ipul meraup 97,96 persen, sedangkan Khofifah sebesar 90,1 persen. Untuk posisi cawagub, perbedaan popularitas Emil Elestianto dan Puti Soekarno cukup tipis. Popularitas Emil 85,1 persen dibanding Puti 84,5 persen.

Dia menambahkan, dari aspek geografis, pemilih Gus Ipul-Puti terkonsentrasi di kawasan Arek (Surabaya dan sekitarnya serta Malang Raya), Tapal Kuda (Pasuruan ke arah timur Jatim), dan Mataraman dalam (kawasan barat Jatim). ”Keunggulan terbesar pasangan nomor urut 2 ini ada di Tapal Kuda,” ujar Putu.

Adapun pendukung Khofifah-Emil banyak berada di Mataraman pesisir (Tuban, Lamongan, Gresik) dan Madura. ”Kontribusi suara dari Madura ke Khofifah sebesar 55,9 persen,” kata Putu.

Putu mengatakan, survei juga memotret penerimaan masyarakat terhadap program atau janji kerja kedua pasangan calon. Menurut survei tersebut, program Khofifah-Emil dinilai realistis oleh 37,6 persen responden, sedangkan 33,1 persen menyatakan tidak realistis. Sisanya menyatakan tidak tahu.

Pada duet Gus Ipul-Puti, lanjut Putu, sebanyak 46,4 persen responden menyatakan program keduanya realistis untuk dilaksanakan, 30,4 persen menyatakan tidak realistis, dan sisanya menyatakan tidak tahu.

”Artinya penerimaan publik terhadap program Gus Ipul-Puti lebih bagus dibanding Khofifah-Emil. Hal ini terkait skema program Gus Ipul-Puti yang lebih simpel dan langsung menjawab masalah di lapangan. Berbeda dengan Khofifah-Emil yang mungkin secara retorika bagus, namun justru tidak dipahami dengan baik oleh publik karena dinilai mengawang-awang dan cenderung teoretis,” papar akademisi FISIP Unair tersebut.

Dia menambahkan, meski saat ini Gus Ipul-Puti unggul, masih ada sisa waktu sekitar sebulan ke depan yang bisa dimanfaatkan oleh masing-masing kandidat.

”Momentum Ramadan dan Lebaran menjadi krusial sebagai titik tentu kemenangan, karena praktis pasca-Lebaran masyarakat sibuk dengan aktivitas keluarganya masing-masing, apalagi ada libur bersama yang lumayan panjang. Jadi strategi kedua kandidat selama Ramadan hingga Lebaran ini akan sangat menentukan,” ujarnya.

Survei tersebut digelar 12-19 Mei 2018 di 38 kabupaten/kota seluruh Jatim dengan jumlah responden 800 orang. Survei ini memiliki margin of error 2 persen dengan tingkat kepercayaan 98 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement