Senin 21 May 2018 18:01 WIB

Habibie: Sasaran Reformasi Belum Tercapai

Agenda-agenda besar Reformasi diakui Habibie satu per satu sudah terlaksana.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Mantan Presiden yang juga Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) BJ Habibie (kiri) memberikan paparan saat menjadi pembicara kunci pada sarasehan nasional yang diselenggarakan oleh ICMI di Jakarta, Senin (21/5).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Mantan Presiden yang juga Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) BJ Habibie (kiri) memberikan paparan saat menjadi pembicara kunci pada sarasehan nasional yang diselenggarakan oleh ICMI di Jakarta, Senin (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan 20 tahun Reformasi masih menyisakan persoalan yang belum terselesaikan dalam cita-cita Reformasi. Presiden ketiga Baharuddin Jusuf Habibie mengatakan, perjalanan 20 tahun Reformasi telah banyak dicapai bangsa Indonesia.

"Namun, dalam 20 tahun Reformasi perjalanannya masih sekadar sesuai rencana, tapi sasarannya belum tercapai," ungkap Habibie dalam Sarasehan Nasional Refleksi 20 tahun Reformasi Senin (21/5) di Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Agenda-agenda besar Reformasi diakui Habibie satu per satu sudah terlaksana. Mulai dari Amandemen UUD 1945, demokratisasi, otonomi daerah, penghapusan dwifungsi ABRI, pemberantasan KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), dan pegakan supremasi hukum.  Namun, Habibie memandang sasaran utama Reformasi mengangkat peradaban bangsa Indonesia masih belum tercapai. "Yang kita sasar dengan Reformasi adalah kemajuan peradaban Indonesia, dengan kata lain sumber daya manusia Indonesia yang maju dalam iman, takwa, dan iptek dengan negara lain," kata Habibie menegaskan.

Mengapa kemajuan peradaban ini penting? Habibie menjelaskan, peradaban adalah hasil usaha dan kerja sumber daya manusia agar kualitasnya makin hari makin tinggi. Ini dipengaruhi oleh tiga hal, yakni budayanya, agamanya, dan kemampuan mengembangkan dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Habibie menceritakan perjalanan kariernya yang menjadi presiden pada saat-saat genting dan penting sesaat ketika Reformasi baru saja dimulai. Berkaca dari perjalanan 20 tahun Reformasi, Habibie menilai kualitas sumber daya manusia Indonesia belum sampai pada tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. "Karena itu, kita semua renungkan bagaimana kita menjalankan demokrasi. Apakah sudah berbudaya dan berkeadaban dan tidak mementingkan kroni dan keluarga," kata Habibie.

Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie mengatakan Refleksi 20 tahun Reformasi sebagai langkah untuk mengenang kembali peristiwa dan cita-cita awal Reformasi sekaligus memperingati Hari Kebangkitan Nasional. "Sebagai sarana tukar pikiran mengenai Reformasi. Tepat hari ini 20 tahun lalu Pak Harto mundur dari jabatan presiden. Sekarang kita 20 tahun memperingati Reformasi ini," ungkap Jimly.

Jimly memberi catatan, ada persoalan dalam regenerasi politik di Indonesia. Yakni, jangan sampai ada proses ngapusi dalam regenerasi politik ini sehingga cita-cita awal Reformasi tidak melenceng dan tetap terjaga. "Karena itu, kita jangan mundur ke belakang. Sehingga, transformasi politik di Indonesia berjalan baik dan menjadi negara demokrasi yang kuat," kata Jimly.

Refleksi 20 tahun Reformasi yang diselenggarakan ICMI ini dihadiri tokoh nasional dan tokoh penting Reformasi. Yang turut hadir dalam Sarasehan Nasional Keluarga Besar ICMI Refleksi 20 tahun Reformasi ini di antaranya presiden ketiga RI BJ Habibie, Ketua Umum ICMI Jimly Assiddiqie, serta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

Hadir pula putra dan putri tokoh nasional seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Ilham Akbar Habibie, Ahmad Hanafi Rais. Juga tampak Zannuba Arifah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement