REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyatakan, seluruh lapisan masyarakat telah, yakin keamanan di Surabaya telah terkendali. Hal tersebut terlihat dari tidak ada penurunan jemaat gereja pascateror bom, Ahad (13/5) pekan lalu.
“Keyakinan tersebut antara lain terlihat dari kunjungan jemaat di berbagai gereja di Surabaya yang stabil," kata Soekarwo usai peninjauan, Ahad (20/5).
Soekarwo mengatakan tidak menurunnya jumlah jemaat karena aparat bersiaga dan meningkatkan pengamanan. “Para pimpinan gereja juga agar terus memberi semangat pada jemaatnya untuk tetap beribadah," ujar Soekarwo.
Romo Aloysius Kurdo Irianto dari Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) juga menyatakan stabilnya kunjungan jemaat ke gereja-gereja tersebut. Dia mengatakan, kegiatan ibadah di gerejanya telah berjalan seperti biasa, dan jumlah jemaat tidak berkurang.
"Kalaupun jumlah jemaat lebih sedikit di pagi hari, hal tersebut lebih karena siklus selama ini, yakni pagi hari lebih sedikit dan siang lebih banyak," ujar Kurdo.
Pernyataan yang hampir senada juga disampaikan Kepala Paroki Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) Romo Yuventius Fusi Nusantoro dan Kepala Paroki Santo Yakubus Romo Aloysius Hans Kurniawan. Keduanya menyatakan, kunjungan jemaat gereja sudah seperti biasa dan tidak ada penurunan.
Pentingnya pluralisme
Pengamanan di gereja. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Terhadap permasalahan terorisme, pria yang biasa disapa Pakde Karwo menjelaskan, saat ini masyarakat telah memberikan hukuman atau sanksi sosial. Seperti reaksi tidak bersedia menerima pemakaman jenazah pelaku teror di daerahnya masing-masing.
Menurut Soekarwo, hal ini menunjukkan, masyarakat mulai merasa pentingnya hidup berdampingan secara pluralisme dengan damai. Ini juga menandakan masyarakat sepakat bahwa kekerasan tidak menyelesaikan masalah.
Dia menambahkan masyarakat juga memahami bahwa terorisme bukan perintah agama. “Karena tidak ada agama manapun yang mengajarkan pembunuhan seperti itu,” kata Soekarwo.
Soekarwo kemudian memuji terkendalinya keamanan yang dilakukan Polri dan TNI sehingga memberikan rasa aman bagi warga Jawa Timur. Itu, menurutnya, sebagai bentuk kehadiran negara dalam melindungi rakyatnya.
Bahkan, lanjut Soekarwo, tidak hanya Polri dan TNI, melainkan juga berbagai lapisan masyarakat ikut andil dalam menciptakan rasa aman. Seperti Banser NU, Satpol PP, hingga siswa-siswi pramuka, mereka juga turut terlibat dalam menjaga gereja-gereja.
Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin menjanjikan, pengamanan akan terus dilakukan pada tiap gereja sesuai kondisi di lapangan. Meskipun di tiap gereja jumlah ibadahnya terdiri dari beberapa kali, menueutnya semua kegiatan ibadah akan dijaga.
Menurut dia, Pengamanan ini juga didukung oleh satuan TNI serta berbagai lapisan masyarakat. “Harapannya aktivitas peribadatan di gereja seperti biasa dan masyarakar merasa aman dan nyaman,” ujar Machfud.
Saat ditanya hingga kapan penjagaan khusus akan diberlakukan di setiap gereja, Machfud belum bisa memastikannya. Namun yang pasti, Machfud berharap, penjagaan khusus tersebut tidak berlangsung lama.
Dia mengharapkan situasi normal bisa kembali berjalan secepat mungkin. "Kita tidak berharap pengamanan khusus terus berlanjut seperti ini. Kita ingin cepat kembali normal seperti biasa," ujar Machfud.
Soekarwo bersama dengan Machfud Arifin dan Pangdam V/ Brawijaya Mayor Jenderal TNI Arif Rahman melakukan peninjauan di empat gereja di Surabaya pada Ahad (20/5). Peninjauan tersebut dilakukan untuk memastikan umat kristiani di Surabaya sudah kembali merasa aman dalam beribadah, seusai terjadi ledakan di tiga gereja di Kota Pahlawan pada pekan sebelumnya.
Keempat gereja yang dikunjungi, yaitu Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Ngagel Jaya Utara 81 Surabaya, Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Ngagel Madya 1 Surabaya, Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) di Jalan Polisi Istimewa 15 Surabaya, dan Gereja Katolik Santo Yakobus (GKSY) di Citra Land Surabaya.