REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menilai sistem deteksi dini aksi terorisme di Indonesia masih kurang. Menurutnya, hal ini bisa terlihat dari rentetan aksi teror yang terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia dalam sepekan belakangan.
Mulyono memandang, langkah pencegahan jauh lebih baik dibanding harus bertindak setelah kejadian teror sudah terjadi. Baginya, penangkapan terduga pelaku terorisme pascaaksi pengeboman atau penyerangan merupakan langkah yang terlambat.
Meski, ia menyadari bahwa langkah sigap yang dilakukan kepolisian dalam menangkap sejumlah terduga teroris merupakan bentuk antisipasi berlanjutnya aksi dan jatuhnya korban jiwa yang lebih banyak.
"Kita tahu posisi mereka (teroris) setelah mereka ledakkan bom, menurut saya sebuah langkah yang terlambat," jelas Mulyono usai memberikan arahan kepada Batalyon Infanteri (Yonif) 133/Yudha Sakti Kota Padang, Jumat, (18/5).
Ia menambahkan, deteksi dini sekaligus berfungsi sebagai mekanisme pengawasan dan pemantauan keberadaan teroris, meski memang disadari ada langkah khusus untuk memastikan apakah orang yang diduga benar terlibat atau tidak. Namun ia meyakini bahwa diperlukan langkah tegas dan sigap dari seluruh aparat keamanan baik TNI dan Polri untuk melakukan tindakan pencegahan ketimbang penindakan pascakejadian.
"Sebagai contoh, ada teroris yang berada di suatu tempat sudah berbulan-bulan di situ dia merakit bom, tapi tak bisa ditemukan. Artinya deteksi dini kita kurang," katanya.
Soal pembahasan yang sedang hangat mengenai dilibatkannya aparat TNI dalam Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab), mantan Danrem 032/Wirabraja tersebut menegaskan bahwa TNI siap jika dibutuhkan dalam upaya pemberantasan aksi terorisme di Indonesia. Mulyono berjanji akan meningkatkan kewaspadaan dan memanfaatkan seluruh jaringan militer di pelosok negeri.
Ia juga meminta masyarakat menumbuhkan sikap kritis dalam melakukan deteksi dini aksi terorisme. Seluruh komponen negara, menurutnya, memiliki tugas dalam menjaga keutuhan bangsa.
"Kami akan asah kembali jaringan kami, komando kewilayahan untuk deteksi dini, dan bantu kepolisian," katanya.
Menurutnya, sebagai angkatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, TNI khususnya angkatan darat siap membantu aparat kepolisian dalam memberantas aksi teror. "Prajurit saya ada di mana-mana, baik itu Babinsa dan Intelijen. Mereka punya mitra yang bisa bekerja sama memberantas segala tindakan kejahatan," ujar dia.