Rabu 16 May 2018 07:37 WIB

Belum Ada Keluarga yang Jemput Satu Anak Korban Bom Surabaya

Kepolisian tetap menganggap anak pelaku pengeboman sebagai korban.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Mabruroh/ Red: Andri Saubani
Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian mengunjungi anak korban pelaku bom rumah susun Wonocolo, Sidoarjo. Selasa (15/5).
Foto: Dok Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri.
Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian mengunjungi anak korban pelaku bom rumah susun Wonocolo, Sidoarjo. Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang anak yang dibawa oleh teroris dalam ledakan bom Mapolrestabes Surabaya diketahui selamat. Hingga saat ini, belum ada keluarga yang mengakui dan menjemput anak tersebut.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto pun menyatakan, meski anak tersebut datang dengan pelaku pengeboman, kepolisian tetap menganggap anak tersebut sebagai korban. "Jadi begini, anak-anak di situ sebagai korban jangan disebut pelaku. Sesuai UU, dia adalah korban," ujarnya di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (15/5).

Anak tersebut, kata Setyo, tetap dimintai keterangan. Sementara itu, Polda Jawa Timur (Jatim) masih menimbang siapa yang layak untuk merawat anak tersebut bila tidak ada keluarga yang melakukan penjemputan.

"Sementara kan kapolda masih menilai siapa yang layak merawat dan mengasuh. Karena sampai dengan jam 2.00 WIB (Selasa) belum ada keluarga yang mengakui bahwa ini keluarganya," kata Setyo.

Pengeboman Mapolrestabes Surabaya adalah aksi lanjutan dalam teror bom di Kota Pahlawan. Tiga gereja di Surabaya mengalami pengeboman pada Ahad (13/5).

Bom juga meledak di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5). Malam harinya sebuah rusun di Wonocolo, Sidoarjo, juga meledak. Total yang meninggal dalam insiden itu sejauh ini adalah 25 orang, yakni 13 pelaku, sedangkan 12 lainnya aparat dan warga sipil.

Kabid Humas Polda Jawa Timur Frans Barung Mengera mengatakan, kepolisian sudah membicarakan perihal nasib anak-anak korban bom ke depannya. Yang pasti, kata dia, polisi akan terus memantau dan memberikan pendampingan sampai ketiga anak tersebut pulih dari rasa trauma dan lainnya.

Termasuk, ujar Frans, jangan sampai ketiga anak ini masuk dalam jaringan teroris seperti halnya kedua orang tuanya. Polisi, kata dia, akan sungguh-sungguh memberikan pendampingan dengan melibatkan unsur agama dan juga psikolog.

"Sudah dibicarakan kapaolda Jatim bahwa jangan sampai anak-anak ini jatuh lagi ke tangan mereka jaringannya, nanti juga akan melibatkan psikilog," ujar Frans saat dikonfrimasi, Selasa (15/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement