REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terjadinya teror bom di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu belakangan ini membuat Polri meningkatkan kewaspadaannya. Sayangnya, hal ini juga menyebabkan munculnya kecurigaan khusus pada stereotip tertentu, yakni orang yang memakai atribut seperti yang digunakan teroris di Surabaya, misalnya cadar dan busana sarung cingkrang.
Sebuah video yang viral di internet menampilkan aparat yang memeriksa seorang pria yang mengenakan baju koko dan sarung cingkrang membawa kardus dan tas ransel. Pria tersebut tampak marah-marah sambil membongkar kardus dan ransel bawaannya atas perintah polisi yang membawa senjata laras panjang.
Di Youtube, video tersebut berjudul "Takut Bawa Bom, Santri ini Digeledah" diunggah oleh akun bernama Video Pesanan. Video lainnya, wanita bercadar tampak diperiksa petugas setelah diturunkan dari sebuah bus di sebuah terminal. Video tersebut juga diunggah di Youtube dengan nama akun Jatim Times.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto pun angkat bicara soal meningkatnya "kecurigaan" personel Polri. Ia meminta tindakan polisi saat ini dimaklumi.
"Kita tidak boleh underestimate. Mohon maaf kepada masyarakat yang disetop, dimintai keterangan dan ditanya seharusnya kooperatif kalau dia tidak punya masalah," ujarnya di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (14/5).
Setyo menuturkan, Polri berkaca pada kasus penusukan Bripka Frencje di Mako Brimob setelah kejadian penyanderaan pada pekan lalu. Penusukan itu terjadi karena pelaku yang sudah sempat digeledah ternyata menyembunyikan pisau di sekitar kemaluannya.
Setyo juga mengaku mengetahui viralnya video pemeriksaan pria bersarung tersebut. Menurut dia, respons marah-marah yang ditunjukkan pria bersarung tersebut seharusnya tak perlu ditunjukkan.
"Sebetulnya tidak perlu begitu, kalau dia tidak punya masalah buka saja dan mempersilakan. Anggota tidak berani mendekat karena kalau mendekat tiba-tiba itu bom kita harus waspada juga," ucap Setyo.
Setyo mengaku tidak bisa menentukan ukuran kecurigaan, baik dari atribut maupun fisik seseorang. Hal tersebut, menurut dia, bisa saja muncul dari intuisi pribadi personel di lapangan.
"Bisa saja bom dimasukkan ke badannya tanpa dia membawa apa-apa tahu-tahu meledak. Contoh di gereja tidak kelihatan bawa apa-apa tahu-tahu meledak," ujarnya.
Polisi, lanjut Setyo, memiliki prosedur operasional standar (SOP). Namun, ia meminta masyarakat memahami yang dilakukan kepolisian untuk keamanan.
"Masyarakat juga harus maklum. Kalau sampai dia dicurigai, buka saja apa yang dia bawa, 'silakan digeledah, saya tidak bawa apa-apa' harusnya begitu, jangan digeledah marah. Kalau marah berarti ada apa-apanya," kata Setyo.
Baca: Politikus PKS: Jangan Takut dengan Perempuan Bercadar.