Kamis 10 May 2018 20:11 WIB

Keluarga Beny: Dia Orang Minang, tak Paham Bahasa Minang

Beny sudah dibawa merantau oleh orang tuanya ke Pekanbaru, Riau, sejak 1998.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Kediaman keluarga Beny Syamsu Trisno, napi teroris yang tewas dalam kerusuhan Mako Brimob. Warga Nagari Malai Limo Suku Timur keberatan jenazah Beny dimakamkan di kampungnya.
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Kediaman keluarga Beny Syamsu Trisno, napi teroris yang tewas dalam kerusuhan Mako Brimob. Warga Nagari Malai Limo Suku Timur keberatan jenazah Beny dimakamkan di kampungnya.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- Keluarga Beny Syamsu Trisno, napi teroris (napiter) yang tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob, Depok, Selasa (8/5) lalu, mengungkapkan, Beny jarang pulang ke kampung kelahirannya di Nagari Malai V Suku Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Beny sudah dibawa merantau orang tuanya ke Pekanbaru, Riau, sejak 1998 silam.

Ermita (50 tahun), adik dari ibu kandung Beny, menyampaikan, keluarga yang menetap di kampung jarang menjalin komunikasi dengan keluarga Beny di perantauan. Bahkan, menurut ingatannya, Beny hanya satu kali pulang ke Padang Pariaman, yakni sesaat setelah ia menikah dengan istrinya yang berasal dari Agam, Sumbar, sekitar 2010-2013.

"Saya tidak tahu apa-apa, tahunya dari TV aja. Dia ndak pernah pulang ke sini. Di tivi kan tampak namanya jelas, Trisno (panggilan akrab Beny, red)," jelas Ermita di kediamannya, Kamis (10/5).

Sementara itu Syahrial, paman Beny, mengatakan, sosok Beny yang bekerja sebagai teknisi instalasi listrik tidak pandai berbahasa Minang. Meski darah Minangkabau mengalir di tubuhnya, Beny tak mahir berkomunikasi dengan bahasa Minang.

"Trisno ini ndak ngerti bahasa Minang, karena lama di luar. Orang Minang tapi ndak paham bahasa Minang. Saya ketemu terakhir pas saya ke Pekanbaru bantu bangun rumah," katanya.

Pihak keluarga sendiri mengaku tak tahu menahu mengenai proses dialog dengan tokoh adat mengenai rencana pemakaman jenazah Beny. Ermita mengaku, saat ini sejumlah perwakilan keluarga termasuk istri Beny, sudah menuju Katapiang di Padang Pariaman untuk menyambut kepulangan jenazah Beny.

"Awalnya memang mau dimakamkan di sini. Dia itu sembahyang taat, elok. Tiba-tiba lihat saja di televisi. Terkejut saja," kata Ermita.

(Baca: Tokoh Adat Minang Keberatan Napiter Dimakamkan di Kampungnya)

Warga Nagari Malai V Suku Timur memang menyatakan keberatan bila jenazah Beny dimakamkan di kampung kelahirannya. Bersama tokoh adat, warga meminta keluarga memakamkan jenazah Beny di tempat tinggalnya yang terakhir, yakni di Riau.

Mendengar rencana pemakaman jenazah napi teroris tersebut, Wali Nagari melakukan dialog dengan pihak keluarga bersama ninik mamak, Wali Nagari Induk, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan Polsek setempat. Hasilnya, disepakati Beny tidak jadi dimakamkan di Nagari Malai Limo Suku Timur.

"Kami bukan menolak, namun dengan pertimbangan tadi. Dengan berat hati, keluarga menerima pemakaman tidak di sini. Kami minta makamkanlah di tempat lain," jelas Wali Nagari Malai Limo Suku Timur, Buyung Intan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement