REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengatakan Bangsa Indonesia hingga kini belum benar-benar merdeka dan bermartabat. Sebab, Indonesia masih dijajah korupsi.
"Sudah lebih dari 72 tahun kita merdeka dan sudah 20 tahun juga kita hidup dalam masa reformasi, tetapi tetap saja Indonesia belum menjadi negara yang bermartabat di mata dunia itu karena korupsi," kata Abraham Samad di Makassar, Senin (7/5).
Samad yang sudah menyatakan sebagai bakal calon presiden itu mengatakan, korupsi di negara ini masih menjadi raja dan penegakan hukum juga belum pada titik puncaknya. Sebab, masih banyak perilaku korup yang ditunjukkan oleh kalangan elit maupun pejabat.
Karena itu, dia secara tegas menyatakan persoalan korupsi yang dihadapi bangsa ini masih menyisakan pekerjaan rumah. Dia mendukung upaya penindakan maksimal bagi para koruptor tersebut.
"Korupsi masih menjadi raja di negeri ini dan sebagian dari kita adalah budaknya. Kita harus bisa menghentikan ini dan upaya pembenahan secara total harus dilakukan. Koruptor harus dimiskinkan bahkan di hukum mati," katanya.
Abraham, dalam renungan kebangsaannya yang dibacakan di hadapan ribuan relawan yang mendukung dirinya maju sebagai bakal calon presiden itu, banyak memberikan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang dialami bangsa ini. Pada sektor politik, dia menilai sistem perpolitikan masih menganut sistem politik rente. Suara rakyat masih dihargai dengan uang dengan masih massifnya politik uang (money politics).
"Adagium yang menyatakan 'suara rakyat adalah suara Tuhan' itu sekarang kian menghilang. Politik kita kini dipenuhi dengan persekongkolan, konspirasi dan tipu muslihat. Juga masih dicengkeram oleh kapitalisme kroni yang menuhankan rente serta aksi-aksi bejat," katanya.
Saat deklarasi di anjungan City of Makassar itu, ribuan pendukung tidak berhenti meneriakkan dukungannya kepada Abraham Samad untuk memberantas koruptor di Indonesia.