REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Dunia literasi Indonesia kini semakin banyak dikenal oleh kalangan pembaca internasional, ditandai dengan banyaknya karya penulis Tanah Air yang telah diterbitkan di luar negeri. Indonesia pun mendapat undangan berbagai pameran buku internasional, salah satunya adalah Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) 2018 dimana Indonesia menjadi negara tamu dalam pesta buku tersebut.
Dalam acara yang digelar pada 27 April- 6 Mei ini, beberapa penulis kenamaan Indonesia hadir dan membagikan pengalaman mereka dalam bidang penulisan. Salah satu penulis yang hadir adalah penyair muda Aan Mansyur.
Pencipta puisi yang dibacakan Rangga dalam film AADC2 ini menceritakan perkembangan dunia sastra Indonesia yang mengalami peningkatan dalam hal judul, penulis, dan minat penerbit yang mau menerbitkan karya sastra, khususnya puisi.
"Anak-anak remaja sekarang mulai membaca puisi, dulu mana ada? Penerbit pun skeptis untuk menerbitkan puisi, sekarang tidak lagi. Dulu tidak ada jenis pekerjaan penulis di kartu identitas, tetapi sekarang ada dan itu cukup membanggakan," ujar Aan.
Penulis seri Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi menceritakan pengalamannya belajar ke luar negeri setelah karyanya dikenal luas. Ia bahkan menjadi pembicara tamu dalam kuliah umum literasi di University of California, Berkeley, bukunya bahkan menjadi bacaan wajib mahasiswa sastra di sana. Hal yang sama juga berlaku di universitas di Australia yang menjadikan bukunya rujukan bacaan untuk budaya Asia.
"Tulisan saya bukan sangat bagus hingga buku saya mereka jadikan rujukan. Tapi karena mereka senang mempelajari budaya kita dan menikmati mempelajarinya lewat buku saya," ujar A. Fuadi.
Sederet nama penulis kenamaan Indonesia yang hadir juga dianugerahi penghargaan literasi, seperti Sapardi Djoko Damono yang memperoleh penghargaan Anugerah Buku ASEAN 2018 atas bukunya Hujan Bulan Juni. Selain penulis senior tersebut, novel 'Dilan' Pidi Baiq, dan 'Sang Pemimpi' karya Andrea Hirata juga meraih penghargaan dari Anugerah Buku ASEAN yang diberikan pada Senin (30/4).
Menurut Sapardi, karya sastra yang baik akan dibaca oleh banyak orang dan dalam berbagai bahasa, bukan hanya dibaca pada zaman ketika buku itu ditulis. "Sastra yang bagus adalah yang bisa dibaca oleh siapapun dan di masa kapanpun," kata Sapardi.
KLIBF diadakan di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun ini Indonesia hadir sebagai negara tamu bersama dengan Arab Saudi dan negeri tamu Kedah. Dalam pesta buku ini Indonesia membawa lebih dari 1000 judul dengan jumlah 10.838 eksemplar.
Kehadiran ini didukung sepenuhnya oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. KLIBF juga diisi dengan Kuala Lumpur Trade and Copyright Center (KLTCC), Konferensi Penulis dan Malaysias Digital Lifestyle Exhibition.