REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Hurriyah, menilai safari politik yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berperan penting dalam elektabilitas AHY. Kunjungan ke kota-kota dan menyapa masyarakat turut mendongkrak popularitas AHY.
Selain karena posisinya sebagai ketua tim pemenangan pilkada 2018 Partai Demokrat, AHY juga digadangkan sebagai calon pemimpin masa depan oleh partainya. "Dua faktor ini yang saya kira menyebabkan popularitas AHY terus meningkat sampai saat ini," ujar Hurriyah ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (4/5).
Pada usianya yang belum genap 40 tahun, AHY terbilang sangat minim pengalaman dalam karier politiknya. Namun, Hurriyah menambahkan, figur AHY cukup memiliki keunggulan yang dapat mendorong preferensi pemilih terhadap dirinya.
Di antaranya, sosok AHY yang masih muda, cerdas, kalem, dan memiliki penampilan menarik. Figur sebagai politisi muda dan baru menjadi keunggulan utama AHY untuk maju pada pilpres 2019.
Sebagai politisi baru, ia tidak memiliki beban politik yang besar sehingga cenderung lebih leluasa menjalin komunikasi dan melakukan sowan politik dengan berbagai pihak, termasuk Jokowi. "Komunikasi politiknya juga baik dan ini semakin meningkatkan citra positif AHY," tutur Hurriyah.
Pada Kamis (3/5), lembaga survei Indikator Politik Indonesia (Indikator) mengeluarkan hasil survei yang menempatkan AHY menduduki posisi teratas sebagai cawapres paling potensial untuk mendampingi Jokowi pada pilpres 2019. Sebanyak 16,3 persen responden memilih AHY, melampaui nama Anies Baswedan yang dipilih 13 persen responden.
Hurriyah mengatakan, masuknya nama AHY dan Anies dalam bursa cawapres, baik untuk Jokowi maupun Prabowo Subianto, merupakan kondisi wajar. Popularitas keduanya meningkat karena efek Pilkada DKI Jakarta tahun lalu.
"Saat itu, pemberitaan peristiwa ini bahkan bisa dibilang menyamai skala nasional," ucapnya.