Rabu 02 May 2018 20:26 WIB

JK Dorong Kearifan Lokal Dilibatkan Dalam Mitigasi Bencana

Jumlah korban bisa dikurangi karena budaya dan pengetahuan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan pada acara Jakarta Food Security Summit-4 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (8/3). Jakarta Food Security Summit-4 yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia tersebut bertemakan
Foto: Putra M Akbar
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan pada acara Jakarta Food Security Summit-4 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (8/3). Jakarta Food Security Summit-4 yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia tersebut bertemakan "Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan" yang bertujuan untuk meluaskan skala kemitraan dalam mencapai ketahanan pangan nasional

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) mendorong agar kearifan lokal dapat dilibatkan dalam mitigasi bencana. Hal ini disampaikannya ketika membuka Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan di Universitas Andalas, Rabu (2/5).

Dalam pidatonya, JK mengatakan, pendekatan kearifan lokal dapat mengurangi jumlah korban bencana. Dia mencontohkan ketika terjadi bencana tsunami di Aceh, penduduk Pulau Simeulue lebih tanggap terhadap bencana. Penduduk di pulau tersebut memiliki kebiasaan atau budaya untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi saat terjadi gempa.

Dengan demikian, ketika bencana tsunami menerjang Aceh jumlah korban di Pulau Simeulue lebih sedikit. Padahal pusat gempa jaraknya tidak terlalu jauh dari pulau tersebut.

"Jumlah korban bisa dikurangi karena budaya dan pengetahuan," ujar JK.

 

JKa menegaskan, datangnya bencana tidak bisa diprediksi namun dapat diantisipasi. Oleh karena itu, pengetahuan dan budaya masyarakat dapat membantu mengurangi jumlah korban jiwa serta kerugian ekonomi.

JK  meminta agar masyarakat dapat belajar mengurangi risiko bencana berdasarkan pengalaman di berbagai daerah. Misalnya, tsunami Aceh, gempa di Yogyakarta dan Padang. Pengurangan risiko tersebut dapat dilakukan melalui edukasi terhadap bangunan rumah penduduk yang berada di daerah rawan gempa.

"Gempa tidak mematikan, yang menyebabkan kematian itu bangunan yang runtuh," kata JK. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement