Rabu 02 May 2018 19:00 WIB

Jumlah Pembaca Berita Media Daring Terus Meningkat

Pada 2017, pembaca media daring di Indonesia naik menjadi enam juta jiwa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Redaktur Pelaksana Republika.co.id Elba Damhuri memberi pelatihan tentang tantangan media di era digitalisasi informasi kepada wartawan ekonomi Jawa Timur.
Foto: Dadang Kurnia.
Redaktur Pelaksana Republika.co.id Elba Damhuri memberi pelatihan tentang tantangan media di era digitalisasi informasi kepada wartawan ekonomi Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Redaktur Pelaksana Republika.co.id Elba Damhuri memberi pelatihan terkait tantangan media di era digitalisasi informasi kepada wartawan ekonomi Jawa Timur. Pelatihan diberikan dalam acara gathering Otoritas Jasa Keuangan (OJK) regional Jatim di Hotel Surya Tretes, Pasuruan, Rabu (2/5).

Dalam pemaparannya, Elba mengungkapkan, saat ini ada sekitar 130 juta orang Indonesia yang menggunakan internet. Namun demikian, dari kesemua pengguna pengguna internet tersebut, hanya enam juta masyarakat yang membaca berita online (daring).

"Meski hanya enam juta namun yang membuat ini menjadi indah adalah karena pengguna internet yang membaca berita di media daring, baik media di daerah, maupun media nasional itu trennya naik. Grafiknya naik terus," kata dia.

Elba menjelaskan, tren sebaliknya justru terjadi di media cetak, terutama koran. Buktinya, pada 2014 ada 9,5 juta jiwa masyarakat Indonesia yang membaca koran atau media cetak dan hanya tiga juta yang membaca media daring.

Kemudian pada 2017, pembaca media daring di Indonesia naik menjadi enam juta jiwa, dan pembaca media cetak turun menjadi 4,5 juta. Meski demikian, secara teori pembaca berita di Indonesia tidak ada peningkatan. Terbukti, pada 2014 ada 11,5 juta jiwa penduduk Indoneaia yang membaca berita, dan pada 2017 ada 10,5 juta pembaca.

"Jadi kita belum punya pembaca bagus. Artinya generasi milenial banyak yang tidak membaca berita dari situs berita kita," ujar Elba.

Meski demikian, teori bahwa media cetak akan mati itu masih tetap bisa diperdebatkan. Karena nyatanya, hingga saat ini ada media cetak yang mati, dan banyak juga yang bertahan. Bahkan, radio dan televisi yang sejak 1970 diramalkan mati, nyatanya sampai sekarang masih tetap bertahan dan eksis.

Elba mengungkapkan, yang membuat media cetak tidak sanggup bertahan adalah praktik kanibalisme. Di mana, pemberitaan yang diupload di media daring, dan diterbitkan di media cetak sama persis.

"Ya kalau berita yang dimuat di media daring sama media cetak, orang akan lebih memilih membaca media daring. Apalagi media daring gratis," katanya.

Elba juga mengungkapkan tantangan yang akan dihadapi media, terutama media daring saat ini, bukan hanya persaingan sesama media. Tetapi pesaing terberat semua media daring, adalah news aggregator.

"Sekarang media tidak hanya bersaing satu sama lain. Pesaing terberat media di seluruh indonesia adalah news aggregator. Ada Baca Berita (Babe) kalau di Indonesia, atau Huffington Post kalau di Amerika," ujar Elba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement