Selasa 01 May 2018 23:49 WIB

Yossi-Aries Siapkan 'Sakura' untuk Buruh Kota Bandung

Menurut Aries, masalah buruh tak hanya gaji tapi juga tempat tinggal terjangkau

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bilal Ramadhan
Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung Yossi Irianto dan Aries Supriatna
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung Yossi Irianto dan Aries Supriatna

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung nomor urut 2 Yossi Irianto-Aries Supriatna menawarkan hunian murah untuk para buruh. Program yang dinamakan Sakura (Saung Kuring Nyalira) ini menjadi solusi bagi para buruh untuk memiliki rumah sendiri.

Calon Wakil Wali Kota Bandung, Aries Supriatna mengatakan program Sakura ini dirancang untuk mengatasi persoalan tak terjangkaunya harga hunian oleh masyarakat kecil dan buruh di Kota Bandung. Sebab saat ini harga rumah terus melonjak bahkan tak masuk akal bagi masyarakat kecil.

"Oleh karena itu, kami menawarkan solusi atas persoalan tersebut yakni dengan program Sakura. Sakura merupakan program hunian murah yang bisa dijangkau oleh kaum buruh dan masyarakat miskin atau masyarakat berpenghasilan rendah," kata Aries, Selasa (1/5).

Menurut Aries, persoalan kesejahteraan buruh bukan hanya soal upah. Tapi juga bisa memiliki tempat tinggal sendiri dengan harga yang terjangkau. Salah satu biaya hidup yang paling berpengaruh yaitu terkait dengan hunian.

"Nantinya, kaum buruh dan MBR warga Kota Bandung yang belum memiliki rumah, bisa tinggal di apartemen atau rumah susun dengan hanya membayar sewa Rp 6.000 per hari. Jika ingin memiliki apartemen tersebut, cukup membayar DP 1 persen dan mencicil Rp 1.250.000 per bulan selama 20 tahun," tuturnya.

Calon Wali Kota Bandung, Yossi Irianto menjelaskan alasan lahirnya program Sakura. Salah satunya lantaran banyak warga kelas pekerja di Kota Bandung tetapi membeli atau pun menyewa rumah di luar Kota Bandung. Konsekuensinya selain harus mengeluarkan biaya transportasi yang tidak sedikit, juga setiap harinya harus mengeluarkan energi dan waktu banyak untuk bekerja di Kota Kembang.

"Bayangkan saja orang kerja di Bandung sementara rumahnya di Rancaekek, tiap hari mereka menghabiskan biaya untuk bensin, per tahunnya berapa. Energinya habis di jalan belum lagi resiko kesehatan akibat menghirup polutan di jalan saat macet," kata Yossi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement