REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yulianto, memberikan keterangan atas aksi unjuk rasa yang berujung bentrokan di pertigaan UIN Sunan Kalijaga. Ia menerangkan, unjuk rasa itu dilakukan beberapa elemen mahasiswa.
Ia menuturkan, sejak awal aksi memang tidak dilaporkan ke Polsek setempat, sehingga tidak ada pemberitahuan lebih dulu ke Polisi. Selain itu, aksi mengakibatkan Pos Polisi lalu lintas yang ada di pertigaan UIN dibakar oleh peserta.
"Massa aksi sudah menyiapkan molotov," kata Yulianto, Selasa (1/5).
Saat ini, lanjut Yulianto, massa aksi yang diamankan sebanyak 69 orang. Mereka terdiri dari 59 laki-laki dan 10 perempuan. Pantauan Republika, angka ini bertambah cukup banyak dari jumlah yang diamanakan pertama kali yaitu enam orang.
Sebelum terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian, massa pendemo terlebih dulu terlibat bentrokan dengan warga di depan Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Selasa (1/5) sore. Bentrokan dipicu karena pendemo menuliskan hinaan-hinaan ke Sri Sultan Hamengku Buwono X.
(Baca juga: Marah Sultan HB X Dihina, Warga Bentrok dengan Demonstran)
Refan, salah satu warga sekitar yang ada di lokasi menuturkan, sebenarnya warga menegur pendemo agar menyelesaikan aksi mereka karena sudah cukup lama dan mendekati waktu Mahgrib. Ternyata, pendemo tidak mau menuruti permintaan warga.
Bentrokan tidak terelakkan dan warga mulai mendapat pelemparan batu. Ia menuturkan, terlihat pula pendemo telah mempersiapkan sejumlah molotov yang dibawa, dan belakangan diarahkan ke Pos Polisi di pertigaan seberang UIN.
Warga kemudian melawan dan mengejar pendemo sampai ke kampus demi mencari orang-orang yang melempari batu dan melakukan hinaan tersebut. Setelah Polisi datang, pendemo terlibat lagi bentrokan sampai melarikan diri ke dalam kampus.