Kamis 19 Apr 2018 18:25 WIB

Mensos: Keberhasilan Risma Tutup Dolly Bisa Dicontoh

Terdata 168 lokalisasi dengan penghuni sekitar 40 ribu pekerja seksual di Indonesia.

Ketua Koordinator Bidang Kelembagaan Partai Golkar Idrus Marham
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Ketua Koordinator Bidang Kelembagaan Partai Golkar Idrus Marham

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan keberhasilan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam menutup lokalisasi Dolly bisa menjadi contoh daerah lain yang juga memiliki lokalisasi prostitusi. "Langkah Ibu Risma dalam menutup Dolly sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara dapat menjadi inspirasi bupati dan wali kota lainnya," kata Idrus dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Prostitusi dan Supporting Penutupan Lokalisasi yang digelar di Jakarta, Kamis (19/4).

Risma bersama Bupati Jayapura Mathius Awoitauw menjadi pembicara untuk berbagi pengalaman menutup lokalisasi. Hadir dalam rakornas tersebut sejumlah bupati dan wali kota serta kepala dinas sosial yang di daerahnya masih terdapat lokalisasi.

Terdata 168 lokalisasi dengan jumlah penghuni sekitar 40 ribu pekerja seksual di 24 provinsi dan 76 kabupaten/kota. Sebanyak 43 lokalisasi ditargetkan selesai ditutup hingga 2019.

Risma pada kesempatan itu berbagi pengalamannya dalam menutup lokalisasi Dolly dan Jarak. Menurut Risma, pemprov menggandeng komunitas lainnya dalam upaya penutupan lokalisasi.

“Kami tidak gunakan uang di APBD tapi dibantu perusahaan, mereka diajarkan berbagai keterampilan dan latihan. Banyak relawan yang membantu menangani ini bersama-sama," ujar Risma.

photo
Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini (pojok kiri) dan Bupati Jayapura, Papua, Mathius Awoitaw (pojok kanan) menjadi narasumber kepala daerah yang sukses menutup lokalisasi di Rapat Koordinasi Penanganan Prostitusi dan Supporting Penutupan Lokalisasi, di Jakarta, Kamis (19/4). (Republika/Rr Laeny)

Menurut dia, permasalahan di Dolly dan Jarak bukan hanya sebagai lokalisasi, tetapi juga menyatu dengan perkampungan sehingga membawa dampak terbesar kepada anak. "Anak-anak jadi terpengaruh secara psikologis, mereka tidak bisa sekolah dengan baik karena malam hari lingkungan tempat tinggalnya ramai suara musik karena malam hari sulit tidur," tambah dia.

Anak-anak yang tinggal dilingkungan lokalisasi, tambah Risma dimasukkan ke sekolah negeri tanpa biaya, disana mereka bisa ditangani para psikolog. Begitu juga dengan para preman yang mengamankan lokalisasi, diberi pekerjaan menjadi anggota linmas, supir dan lainnya.

Dolly saat ini dikatakan Risma telah berubah dari lokalisasi menjadi sentra UKM. Pemkot Surabaya membeli wisma-wisma di sana dan kemudian dijadikan sentra ekonomi. 

“Mereka dilatih membatik, dan membuat sendal hotel bahkan usaha sablon Dolly omsetnya bisa sampai Rp 1 miliar. Pegawainya adalah mantan preman-preman disana. Kita juga ekspor pomade Dolly dan usaha-usaha lainnya," katanya.

Dia juga menyatakan siap menerima dan memulangkan mantan pekerja seks komersial asal Surabaya yang berada di lokalisasi di daerah lain kembali ke daerah asal. Saat ini, seluruh lokalisasi di Jawa Timur telah berhasil ditutup, enam di antaranya di Surabaya. 

Dari 168 lokalisasi di seluruh Indonesia, tersisa 43 lokalisasi yang masih beroperasi dan akan segera ditutup.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement