Sabtu 14 Apr 2018 18:43 WIB

Tuhan dan Mike Oliver

Kontroversi penalti Madrid bergema dari Bernabeu, sosial media, hingga warung kopi

Abdullah Sammy
Foto: Republika/Daan Yahya
Abdullah Sammy

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy*

 

Salah satu momen yang paling diingat pada Piala Dunia 1994 adalah laga perempat final antara Bulgaria versus Jerman. Ingatan dunia tak hanya sekadar comeback Bulgaria pada 15 menit terakhir pertandingan yang membuat mereka menang 2-1 dari sang juara bertahan Piala Dunia.  

 

Sensasinya adalah pernyataan sang megabintang Bulgaria yang mencetak satu gol pada laga tersebut, Hristo Stoichkov. Usai laga, bintang Barcelona itu melontarkan salah satu komentar yang paling ikonis dalam sepak bola. "Tuhan adalah seorang Bulgaria!" kata Stoichkov kepada awak media seusai laga. 

 

Sensasi Bulgria dan Stoichkov berlanjut pada sesi jumpa pers seusai Bulgaria kalah di semifinal oleh Italia. Saat itu Bulgaria kalah secara kontroversial usai dua klaim penalti mereka tak digubris wasit  Joel Quiniou asal Prancis. Sebelumnya, publik Prancis memang sakit hati dengan Bulgaria yang membuat mereka gagal melangkah ke Piala Dunia 1994 di Amerika. 

 

Tak pelak kubu Bulgaria berang dengan keputusan wasit itu. Seusai laga semifinal itu, Stoichkov kembali dicecar oleh awak media yang mengungkit lagi ucapannya soal Tuhan adalah seorang Bulgaria.

 

Mendengar pertanyaan itu, Stoichkov membalas dengan enteng. "Tuhan tetap orang Bulgaria, tapi wasitnya orang Prancis!"

 

Dalam kadar yang berbeda, perasaan Stoickov itu mungkin tengah hinggap pada pendukung Juventus usai disingkirkan Real Madrid di perempat final Liga Champions. Awalnya pendukung si Nyonya Tua percaya hadirnya 'mukjizat' saat mereka mampu mengejar defisit ketinggalan 0-3 pada leg pertama. 

 

Perasaan tentang hadirnya 'mukjizat' itu bertahan hingga menit ke-93. Tapi pada detik paling akhir sebelum laga memasuki babak tambahan 2X15 menit, wasit Mike Oliver meniup pluit yang mengubah hasil laga. 

 

Penalti buat Madrid akibat pelanggaran Medhi Benatia terhadap Lucas Vazquez. Pemain, ofisial, hingga pendukung Juventus di belahan dunia sontak berang mengecam keputusan wasit muda asal Inggris itu. 

 

Bahkan seorang Gianlugi Buffon yang selama ini dikenal begitu sportif di dalam dan luar lapangan, sampai kehilangan kendali diri. Wasit disebutnya bukan manusia, tapi binatang. 

 

Kontroversi memantik perdebatan yang tak hanya berhenti di lapangan Bernabeu, tapi juga menjalar hingga seluruh dunia. Dari media sosial hingga ruang perdebatan di warung kopi menjadi arena baku argumentasi.

 

Saya pun tak ketinggalan larut dalam adu pandangan itu. Tentunya pandangan saya tak terleps dari subjektivitas selaku pencinta sepak bola. 

 

Harus diakui, besar atau kecil, selalu ada subjektivitas pribadi dalam menginterpretasikan peristiwa sepak bola. Apalagi jika melibatkan tim yang kita suka. Tapi di situlah sisi menariknya. 

 

Subjektivitas kita dalam memandang sepak bola adalah roh yang membuat olahraga ini bisa begitu memikat hati dan menguras emosi. Ok curhatnya saya batasi sampai di sini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement